Manfaat Buah Semangka
Buah semangka memiliki zat kalium dan kadar air dalam jumlah tinggi. Kandungan air dan kalium tersebut dapat membantu menetralkan tekanan darah. Selain itu, manfaat buah semangka juga dapat memperkuat kinerja jantung dan memperkuat sistem pertahanan tubuh karena semangka juga mengandung antioksidan dan vitamin C.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa semangka mampu melawan penyakit kanker. Hal tersebut dikarenakan semangka memiliki kandungan likopen yang merupakan zat karotenoid. Zat likopen ini sangat kuat untuk melawan penyakit kanker.
Penyakit kanker yang menyerang manusia dapat terjadi akibat radikal bebas, polusi, pikiran negatif, pola makan yang buruk, dan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Zat likopen dari semangka dapat mengatasi serangan-serangan tersebut. Selain untuk anti kanker, zat likopen dalam semangka juga dapat membuat wajah telihat segar, bercahaya, dan tampak awet muda.
- Buah semangka dapat memenuhi kebutuhan vitamin C untuk tubuh karena kandungan vitamin C dalam buah semangka sangat tinggi.
- Buah semangka dapat membantu menjaga kesehatan mata karena memiliki kandungan provitamin A.
- Buah semangka baik untuk orang yang memiliki kadar kolesterol tinggi karena buah ini dapat mengurangi dan membantu mengeluarkan kadar kolesterol dari tubuh manusia.
- Buah semangka sangat baik untuk mencegah dan mengobati penyakit jantung. Jadi bagi Anda yang menderita serangan jantung, cobalah mengonsumsi buah semangka secara rutin setiap hari.
Berbagai Manfaat Buah Buahan Yang lainnya:
- Buah Alpukat: Buah ini memiliki kandungan lemak, minyak, dan kalori yang tinggi yang dapat menjadi sumber energi pada saat puasa, menjaga kolesterol dan kelenturan otot sendi di tubuh kita.
- Buah Apel: Apel memiliki kandungan pektin dan garam mineral yang banyak. Zat-zat tersebut dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga fungsi jantung.
- Buah Jeruk: Kita semua pasti sudah mengetahui kandungan vitamin C pada buah jeruk. Manfaatnya adalah dapat menstimulasi sistem kekebalan tubuh, menyembuhkan influenza, menghilangkan lendir di rongga hidung, tenggorokan, paru-paru, hingga perut.
- Buah Pepaya: Buah ini mengandung provitamin A yang dapat diubah oleh tubuh menjadi vitamin A serta mengandung vitamin C. Manfaat buah pepaya adalah dapat membantu memperlancar sistem pencernaan makanan dan mengobati berbagai macam gangguan kesehatan seperti menyembuhkan luka, alergi, dan infeksi.
- Buah Mangga: Manfaat buah mangga adalah dapat menjadi desinfektan. Mangga memiliki kandungan vitamin A, C, dan vitamin E. Apabila Anda memiliki masalah dengan bau badan, perbanyaklah mengonsumsi buah mangga, karena kandungan zat yang ada di dalamnya dapat membersihkan darah kotor dalam tubuh kita.
- Buah Semangka: Manfaat buah semangka adalah dapat memperbaiki kandungan darah serta mengobati diabetes. Apabila Anda menderita diabetes, Anda dapat membuat Jus semangka dan mengonsumsinya secara rutin 2 x sehari. Karena buah semangka ini bermanfaat untuk menjaga gula darah.
Lupakan Jasa dan Kebaikan Diri
Lupakan Jasa dan Kebaikan Diri
K.H. Abdullah Gymnastiar
--------------------------------------------------------------------------------
Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.
Ketahuilah bahwa semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa ijin Allah. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah.
Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain maka kita tidak akan mendapat ganjarannya.
Jadi, ketika ada seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka, seberulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Allah-lah yang menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya. Namun, andaikata sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.
Juga, tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak merasa berhutang budi. Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu.
Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan aeorang ibu/bapak justru akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik, Insya Allah. Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk sanggup berbalas budi.
Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya. Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Karena setiap kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur.
Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal untuk mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya dan dosa.
Andaikata ada sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama sekali.. andaikata kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka lengkaplah kerugiannya lahir maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena tidak ikhlas, yaitu hanya berharap balasan dari makhluk.
Seharusnya yang kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini diijinkan Allah bisa mendorong mobil. Silahkan bayangkan andaikata ada mobil yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya, niscaya kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu kita akan mendorong apa?
Takdir mendorong mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di perjalanan, maka takdir beramal adalah investasi.
Mari kita bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah melakukannya, cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya. Allah SWT pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali adalah senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya.
Selamat berbahagia bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan kebaikan dirinya, percayalah hidup ini akan jauh lebih nikmat, lebih ringan, dan lebih indah. Insya Allah.***
Label dari
K.H. Abdullah Gymnastiar
Karunia dan Hidayah
Karunia Hidayah
K.H. Abdullah Gymnastiar
--------------------------------------------------------------------------------
Siapapun di dunia ini hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya.
Ada yang sibuk menjaga hartanya karena dia menganggap hartanyalah yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.
Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari ALLOH yang Mahaagung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian. Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.
Karenanya, sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah itu tidak hilang. Misal, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai sirna.
Begitupula ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna. Bahkan seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari ALLOH SWT.
Ada sebuah doa yang ALLOH SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya, "Robbanaa, laa tuziquluu banaa ba’da ijhhadaitana wahablana milladunkarahmatan innaka antal wahhaab…" (Q.S. Ali Imran [3]: 8). (Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia).
Demikianlah ALLOH Azza wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita.
***
Suatu waktu ada seorang wanita yang belum beberapa lama masuk Islam (muallaf). Dan ternyata keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini, sehingga ibunya mengusirnya dari rumah. Kejadiannya ketika menjelang jam lima sore telepon berdering, suara diujung sana bicara dengan terbata-bata, "Aa, aa tolong a tolong…!" Belum selesai bicara hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui dimana menelponnya? Keadaannya bagaimana? Cuma yang diketahui pasti adalah ALLOH Maha Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian, dan Mahakokoh dalam melindungi siapapun. Tidak akan terjadi musibah, "illabiidznillah" tanpa ijin ALLOH, dan tidak akan teraniaya kecuali dengan ijin ALLOH pula.
Usai hubungan telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan!? Karena yang terbayang di benak saat itu adalah justru si anak dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Terbayang pula andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang tuanya atau minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan Kemahakuasaan ALLOH bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa sampai kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa untuk melepas hidayah keyakinan di jalan-Nya, tapi kalau ALLOH Azza wa Jalla, Dzat yang Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbunya, kita lihat bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia, dijemur diterik matahari, dibawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia tetap mengucapkan, "ALLOH, ALLOH, ALLOH".
Demikianlah jikalau ALLOH telah menghunjamkan karunia hidayahnya, tidak ada seorangpun yang bisa melepaskannya. Begitupun dengan si anak dalam kejadian ini, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata benar ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya kemudian dengan ijin ALLOH, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya ALLOH-lah yang melepaskan dari setiap kesempitan.
Mudah-mudahan kejadian diatas dapat menambah keyakinan akan kokohnya perlindungan ALLOH Azza wa Jalla. Betapapun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah satu-satunya penolong. Begitupun ketika ada yang menganiaya, maka si penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman ALLOH. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan tangan, atau bahkan tendangan kakinya, kecuali tenaganya karunia dari ALLOH. Tidak ada satupun darah yang menetes, kecuali dengan ijin ALLOH.
Karenanya mudah-mudahan saja apa yang menimpa si anak dalam peristiwa diatas adalah salah satu cara bagaimana ALLOH menanamkan keyakinan kepadanya. Karenanya walaupun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah yang Mahakuasa memberikan pertolongan. Memang, terkadang kita ditingkatkan keyakinan, dinaikan peringkat kedudukan disisi ALLOH, salah satunya dengan diuji dengan bala dan kesempitan terlebih dulu.
***
ALLOH SWT dalam hal ini berfirman, "Dan orang yang dipimpin ALLOH, maka tiadalah orang yang akan menyesatkannya" (Q.S. Az Zumar [39]:37).
"Dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak ada yang dapat menujukinya" (Q.S. Ar Ra’du [13]:33).
"Siapa yang diberi petunjuk (hidayah) oleh ALLOH maka ialah yang mendapat petunjuk hidayah, dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin untuknya" (Q.S. .
"Sesungguhnya ALLOH membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan dipimpin-Nya siapa yang dikehendaki-Nya." (Q.S. Al Fathir [35]: 8).
Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang terkenal Al Hikam memaparkan, "Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat ALLOH serta menerima segala rahasia daripada-Nya.
Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila ALLOH akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Illahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan"
Nur cahaya terang berupa tauhiid, iman dan keyakinan itu sebagai tentara pembela pembantu hati, sebaliknya kegelapan, syirik, dan ragu itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu, sedang perang yang terjadi antara keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah.
Lebih lanjut beliau berujar, "Nur itulah yang menerangi (membuka) dan bashirah (matahati) itulah yang menentukan hukum, dan hati yang melaksanakan atau meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan buruk, lalu dengan matahatinya ditetapkan hukum, dan setelah itu maka matahatinya yang melaksanakan atau menggagalkannya." Semoga ALLOH Azza wa Jalla mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah sehingga menjadi terang jalan hidup ini, subhanallah. ***
Label dari
K.H. Abdullah Gymnastiar