Filsafat dan Sains

BAB I
PENDAHULUAN

Pengalaman orang pada umumnya sangat terbatas, baik jenisnya maupun banyaknya. Sungguhpun begitu, orang dapat mengisi kekurangannya, dan dapat memperluas cakrawala pengalamannya dengan pengalaman-pengalaman orang lain. Sehingga pengetahuannya menjadi makin luas apalagi masalah pengetahuan, setiap orang pasti mempunyai rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu.

Begitu dekat hubungan antara sains dan filsafat, sehingga beberapa macam pengetahuan ilmiah tertentu, khususnya cabang-cabang yang lebih umum, seperti matematika, fisika, kimia,biologi, dan psikologi, sangat diperlukan oleh mahasiswa filsafat. Sesungguhnya perluasan yang terjadi pada sains ini membuat lebih dan lebih susah bagi para filsuf untuk menguasainya. Hal ini mendatangkan sebuah sifat kerendahan hati yang sehat. Berbagai system yang sudah jadi dan dibangun tanpa mempertimbangkan hasil observasi dan eksperimen yang senantiasa kurang dihormati.

Filsafat hal ini cenderung langsung menganalisa secara kritis konsep-konsep dan mempelajari berbagai makna dan nilai. Arti filsafat tidak lebih sebagai studi logis dan humanistis atas berbagai hal. Bagaimanapun filsuf yang ideal mesti menguasai sebanyak-banyaknya sains khusus.

Adapun yang akan dibahas adalah sains dan filsafat, pengertian sains dan filsafat dan perbandingan sains dan filsafat.

BAB II

PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN SAINS

1. Apa filsafat itu?

Dalam periode tradisional seperti ini Layaknya anak remaja ada dua situasi pilihan dalam menjalin kehidupn. Situasi tersebut semacam pengembaraan antara pilihan menempuh bahaya(danger) dan menumbuhkan harapan yang menjanjikan(promise). Artinya dalam situasi seperti ini ada banyak hal untuk dipikirkan dan tidak ada hal yang lebih menggembirakan daripada adanya lahan latihan berpikir seperti situasi ini. Ada banyak hal untuk dipikirkan terus-menerus dan filsafat dalam situasi seperti ini sangat sangat didefinisikan sebagai seni berfikir terus-menerus tentang segala hal. Atau mungkin filsafat ini bisa diartikan juga kebiasaan untuk mencoba berfikir segala sesuatu sampai keakar-akarnya.

Filsafat mengakibatkan berpikir secara logis tentang (the subject in hand) berbagai persoalan pokok yang dikuasai, baik secara sistematis maupun secara terus menerus kita hrus mendefinisikannya secara hati-hati istilah-istilah yang telah digunakan atau selama ini kita gunakan sendiri seraya menguji makna dan implikasi dari istilah-istilah tersebut.

Filsafat juga erupakan kebebasan berfikir manusia terhadap segala sesuatu tanpa batas dengan mengacu pada hukum keraguan atas segala hal. Sarwa sekalian alam dan segala hal data dilihat dari berbagai sudut melalui kontemplasi pemikiran yang sistematis logis dan radikal.

2. Apa sains itu.?

Kata science berasal dari kata latin yang digunakan untuk merujuk pada konsep pengetahuan, kata ini diturunkan dari kata, scio, scire, science adalah pengetahuan. Ada beberapa jenis pengetahuan yang masing-masing berbeda. Pengetahuan ilmiah yang kita maksudkan adalah pasti, eksak, seksama dan terorganisir secara lengkap. Pengetahuan semacam ini disebut juga dengan pengetahuan yang sunguguh-sungguh nyata (real knowledge) dan tentu saja terorganisir dengan baik.

Sebenarnya berbicara mengenai pengetahuan tidak akan pernah dilepaskan dari dua aspek. Pertama adalah aspek yang mengetahui yaitu manusia atau disebut juga sebagai subjek kedua adalah aspek yang diketahui atau disebut juga sebagai objek antara subjek dengan objek tidak akan pernah bisa dipisahkan, artinya tidak akan pernah ada. Sebuah pengetahuan andai kata salah stu dari kedua aspek itu tidak ada Century 21 Broker Properti Jual Beli Sewa Rumah Indonesia yang tidak ada. Hasil interaksi antara subjek dan objek itu kemudian dikomunikasikan dan jadilah pengetahuan. Jadi pengetahuan pada dasarnya ialah kesatuan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Sekarang kita yakin bahwa sains adalah sejenis penjelasan tentang suatu hal yang mengungkap berbagai kondisi (sebab-musabab) yang terjadi didalamnya. Sains juga merupakan sejenis penjelasa tentang suatu hal yang mengungkapkan contoh suatu hukum atau keseragaman umum. Hal ini juga msih benar, seandainya kita mengatakan bahwa usaha sungguh-sungguh sains bukan penjelasan terakhir tentang berbagai hal, tetapi sains hanya menganalisis dan mengklarifikasikan hukum-hukum tersebut dan menentukan berbagai kondisi yang terjadi atas mereka kemudian merumuskan atau memformulasikan cara-cara mereka bertingkah laku.

Cara kerja sains adalah sebagai berikut :

I. Kumpulan fakta-fakta

II. Gambaran tentang fakta-fakta

1. Definisi dan gambaran umum

2. Analisis

3. Klasifikasi

III. Penjelasan tentang fakta-fakta

1. Memastikan sebab-musabab (invartable antecedents)

2. merumeskan berbagai kesamaa prilaku(uniformities of behavior)



SEJARAH SINGKAT FILSAFAT SAINS

Pada awalnya filsafat sains lebih berupa metodologi atau telaah tentang tata kerja atau metode dalam berbagai sains serta pertanggungjawabanya secara rasional. Dalam logika sains biasa dibedakan ada yang disebut dengan konteks penemuan sains(context of scientific justification).

Tradisi sains, sebenarnya telah dimulai sejak filsafat itu lahir, yaitu sejak atau sekitar abad ke 6 SM. Thales, yang disebut-sebut sebagai bapak filsafat telah memutarkan dengan mencari tahu tentang bahan dasar alam semesta ia menyimpulkan bahwa bahan dasar alam semesta itu adalah air. Jawaban ini tidak memuaskan murid dan pemikir setelahnya. Anaximenes misalnya mengatakan bahwa bahan dasar yang membangun alam semesta itu adalah udara. Anaximandros mengatakan suatu prinsip yang tidak terbatas(to Apeiron). Penyelidikan para pendahulu filsafat ini lebih bersifat kosmologi-ontologis, belum epistemologis, artinya belum begitu serius. Baru setelah Aristoteles (1384-322 SM) membahas epistemologis mulai dipertanyakan.Arisoteles mengemukakan acuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu dengan menggunakan pengamat induktif dan metode deduktif.

Dari kedua metode yang nampak bertolak belakang itu, Aristoteles mengusulkan bahwa untuk mencapai pengetahuan yang solid, kedua metode tersebut mesti sama-sama digunakan, artinya apa yang kita pikirkan itu harus bias dibuktikan atau berhubungan dengan realitas dan kenyataan konkret.

Zaman semakin maju, revolusi terjadi dalam berbagai bidang, maka arah kajian filsafat sains berkembang ke zaman yang lebih baru dan lebih positive. Agar nampak tidak terlalu naïf, tampilah para tokoh filsafat sains yang menberikan landasan filsafat bahasa pada positivme hingga tampil menjadi logis gerakan ini muncul setelah didirikan kelompok kajian filsafat sains yang disebut dengan, lingkaran wina.aliranya disebut positivisme logis. Pada awal abad ke 20 inilah filsafat sains mencapai puncaknya.

HUBUNGAN FILSAFAT DAN SAINS

Pada akhirnya kita memang melihat adanya sebuah hubungan antara filsafat dengan sains. Mereka memiliki spirit dan tujuan yang sama yaitu jujur dan mencari kebenaran. Dalam pencarian kebenaran ini sais menentuka dalam dirinya sendiri tugas khas tertentu dan tugas ini memerlukan batas-batas tertentu. Tetapi penyelidikan ean pikiran manusia yang selalu inig tahu, melukai batas-batas ini dan menuntut perembesan terhedap wilayah yang berada di balik bidang sains, dengan demikian lalu filsafat muncul.

Henderso berpendapat tentang hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau sains, seprti di bawah ini:

A.SCIENCE
  1. Originally, the child of philosophy
  2.  Analitic, examines all phenomena minutely
  3.  Concerned with facts, with describing thing as they are
  4.  Begins with assumptions

B. PHILOSOPHY
  1. . Mother of knowledge
  2.  Synoptic, views the world and even the universe
  3. Concerned not only with things as they are but also with the way they ought to be human desires and human values
  4.  Examines and questions all assumptions
  5.  Uses all pertinent findings sciences
Apabila permasalahan diatas merupakan perumusan permasalahan yang tepat dan benar dan baik, maka mana yang lebih penting, induknya atau kan anaknya, yang dulu lebih penting dari yang kemudian, sebab lebih penting dari akibatnya, beberapa pertanyaan permasalahan yang tidak mudah di jawab, atau pertayaan yang dijawabnya masih sangat terbuka sekali, maka kita menjelaskan bahwa sesungguhnya kedudukan filsafat sains dalam sistematika filsafat lebih dekat kepada tema besar filsafat yang kedua yaitu epistemology. Bahka keduanya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan begitu saja. Hanyan saja untuk memudahkan pengindetifiksian, kajian epistemologi lebih dimaknai dan ditujukan sebagai pengkajian teoritis tentang pengetahuan sebelum pengetahuan itu sendiri berkembang sebagai sains pada abad ke-17 atau setidaknya kajian tersebut barada diluar sains, berdasarkan peredaan metode objek yang dikaji tentunya.

PERBANDINGAN ANTARA FILSAFAT DAN SAINS

Dalam hal ini tidak salah bahwa keduanya memiliki persamaan, dalam hal ini bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berfikir filosofi spekulatif dan berfikir empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama untuk aliran filsafat pendidikan tradisional, adalah bahwa filsafat menetukan tujuan dan science manentukan alat sarana untuk hidup.

Untuk lebih jelas dan untuk lebih mengetahui tentang perbandingan antara filsafat dan sains, maka di bawah ini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan antara keduanya, yaitu :

Persamaan :
  1. Keduanya mencari kerumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
  2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab akibatnya.
  3. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
  4. Keduanya mempunyai metode dan system.
  5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektifitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar.

· Perbedaan :

obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak sedangkan kajian filsafat tidak terkokta-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat fregmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu ada itu secara luas, mendalam dan mendasar, sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik yang berarti bahwa cara-cara ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjol daya spekulasi,kritis,dan pengawasan,sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan tital dan error. oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis,sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
Filsafat menberikan penjelasan yang terakhir,mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dah lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.

Sekarang, filsafat sama denagn sains dalam menemukan pengetahuan yang seksama dan terorganisir dengan baik. Tapi filsafat tidak puas dengan definisi semacam ini. Filsafat mencari pengetahuan yang juga ‘konprehensif ‘. Pikiran manusia tidak puas semata-mata dengan menyusun rangkaian yang tetap tentang fenomena dan sekedar merumuskan cara-cara mereka bertingkah-laku. Pikiran manusia sangat membutuhkan beberapa penjelasan akhir berkenaan dengan berkenaan dengan berbagai fenomena dengan perilaku.

Objek filsafat adalah mengambil alih berbagai hasil sains, menambahkan kepada hasil-hasil sains yang diambil alih tersebut dengan berbagia hasil pengalaman etis dan religius umat manusia kemudian mereflesikannya secara keseluruhan. Definisi diatas menyakinkan proyek ambisius filsafat, harapannya adalah untuk mandapatkan pandangan yang ringkas tentang kerja sains khusus dn menemukan beberapa makna menyeluruh yang pada masa lalu telah menggiring para ilmuan atau pemikir kepada kritisme yang tidak menguntungkan filsafat.

Bagi akal manusia, perhatian utama mengenai kedua hal tersebut dan apapun objek lain yang menarik perhatian manusia adalah pokok pembahasan yang mesti masuk akal bagi penyelidikan ilmiah sehingga logis juga dalam menetapkan metode iliah yang di pergunakannya. Sikap kritis hanya dapat tumbuh dari kesalah pengguna metode dalam cara kerja atau dari keputusasaan yang dinyatakan dengan perbuatan.


SEBAB-MUSABAB

Tidak ada suatu kejadian atau peristiwa tanpa adanya sebab (nothing happens without a cause) dan sebab tersebut mencukupi. Saat ini, seluruhnya merupakan produk atau hasil dari masa lalu dan masa depan mungkin terjadi karena hasil dari zaman sekarang. Fenomena apapun menghadirkan dirinya sendiri atas pandangan kita dan kita dengan penuh keyakinan bias menemukan sebuah sebab.

Dari penjelasan diatas, kemudian kita menduga bahwa penyebaban dalam arti umum adalah hanya seperti sebuah perkara tentang kekuasaan atau pelaksanaan (enforcement). Penjelasan ini disebut dengan penjelasan penyebaban animistis atau antropomorfis. Maksudnya penjelasan ini menerangkan berbagai hal dialam semesta dengan bersandar pada perasaan dan pengalaman kita.

1. Sebab pertama

Karena sains memberikan cukup banyak pengertian dalam kepercayaan bahwa semua peristiwa memiliki sebab dan menemukan bahwa asumsi atau pengandaian sepenuhnya dinilai oleh hasilnya, maka para mahasiswa filsafat akan bersikeras menyelidiki tentang sebab pertama (first cause).

2. Sebab final

Kata final (akhir) disini tidak merujuk pada adanya sebab pertama atau sebab sebelumnya (yang baru lalu) tetapi mengacu kepada maksud atau tujuan pada suatu tindakan yang dalam bahasa latin disebut finis.

Sains tidak berhubungan dengan sebab final tetapi bagaimanapun juga mahasiswa berfikir dan ingin tahu apakah benda-benda yang berada dialam dalam beberapa cara tidak ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai.


BAB III

KESIMPULAN


Sistematika filsafat membicarakan masalah sains atau pengetahuan tentang pa yang telah diketahui dan sejauh mana kebenaran pengetahuan yang dimaksudkan. Hakikat tahu,mengetahui, dan pengetahuan dengan segala kaitannya meliputi hal-hal yang dimaksud dengan ‘tahu’ atau mengetahui suatu hal. Kemudian, setiap tahu danmengetahui akan melibatkan suatu gagasan dalam pikiran dan pengalaman indrawi, sehingga pengetahuan itu mengandung kriteria kebenaran filosofis.

Dalam hal ini tidak salah bahwa keduanya memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berpikir filosofis spekulatif danberpikir empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama untuk aliran filsafat pendidikan tradisional adalah bahwa filsafat menentukan tujuan dan sains menentukan alat sarana untuk hidup.


DAFTAR PUSTAKA

  • Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
  • Irawan, 2007. Tokoh-Tokoh Filsafat Sains dari masa ke masa. Bandung ; Intelekia Pratama.
  • Irawan, 2008. Pengantar Singkat Ilmu Filsafat. Bandung; Intelekia pratama.
  • Saebani, Beni Ahmad, 2009. filsafat Ilmu, Kontemplasi filosofis tentang seluk beluk sumber dan tujuan ilmu pengetahuan. Bandung; CV. Pustaka Setia.
  • Saipullah, Ali. Antara filsafat dan Pendidikan. Surabaya; Usaha nasional.

Label dari