Dampak dan Menghadapi Perang Salib Baru
Dampak Perang Salib
--------------------
Bangsa Eropa belajar berbagai disiplin
ilmu yang saat itu berkembang di dunia Islam lalu mengarangnya dalam
buku-buku yang bagi dunia Barat tetap terasa mencerahkan. Mereka juga
mentransfer industri dan teknologi konstruksi dari kaum muslimin,
sehingga pasca perang salib terjadi pembangunan yang besar-besaran di
Eropa. Gustav Lebon berkata: "Jika dikaji hasil perang salib dengan
lebih mendalam, maka didapati banyak hal yang sangat positif dan urgen.
Interaksi bangsa Eropa selama dua abad masa keberadaan pasukan salib di
dunia Islam boleh dikatakan faktor dominan terhadap kemajuan peradaban
di Eropa. Perang salib membuahkan hasil gemilang yang tak pernah mereka
bayangkan sebelumnya." Lalu apa yang didapat oleh kaum muslimin? Tidak
ada. Ummat Islam tak bisa mengambil apa-apa dari satu pasukan yang
bermoral bejat*2), yang sebagian besar berasal dari para penganggur dan
penjahat. Perang salib menghabiskan assset ummat baik harta benda maupun
putra-putra terbaik. Kemiskinan terjadi karena seluruh kekayaan negara
dialokasikan untuk perang. Dekadensi moral terjadi karena perang memakan
habis orang laki-laki dan pemuda. Kemunduran ilmu pengetahuan terjadi
karena ummat menghabiskan seluruh waktunya untuk memikirkan perang
sehingga para ulama tidak punya waktu untuk mengadakan penemuan-penemuan
dan karya-karya baru kecuali yang berhubungan dengan dunia perang.
Perang salib merupakan salah satu titik
balik dari sejarah keemasan ummat Islam. Perang salib yang melelahkan
telah ikut berkontribusi atas proses hancurnya Khilafah Abbasiyah,
sehingga serangan Tartar atas Bagdad pada 1258 hanya sekedar finalisasi
dari proses tersebut.
Menghadapi Perang Salib Baru
------------------------------
Dengan melihat fakta-fakta serta
analisis di atas, tampak bahwa dari sisi kaum muslimin perang salib
-apapun motif sesungguhnya- selalu hanya berdampak negatif. Namun
demikian, jangankan bila diserang, ummat Islam memang harus memikul
amanah al-Qur'an untuk melawan fitnah (kekufuran) dan kezaliman. Dan
kapitalisme pimpinan Amerika Serikat adalah bentuk termodern dari
kekufuran dan kezaliman itu. Sedang Israel di Palestina adalah front
terdepan perang tersebut.
Dari sisi orang-orang Barat, istilah
perang salib dihadapi dengan beragam. Pada masyarakat Barat yang
sekuler, motivasi religius seperti pada abad 11-13 sudah tak ada lagi.
Istilah itu hanya dilontarkan sebagai "penyatu opini" bahwa mereka
sama-sama terancam oleh Islam (maka dibuat skenario serangan teror 911
atas WTC), seakan-akan perang salib dimulai oleh kaum muslimin, dan
secara militer ummat Islam memang masih memiliki kekuatan yang mampu
menggoyang kedigdayaan Barat.
Faktanya, dari sisi manapun, ekonomi,
teknologi, militer, ummat Islam sekarang ini berbeda dengan ummat Islam
abad 11-13, yang masih memiliki khilafah yang berfungsi baik, serta
ekonomi dan teknologi yang lebih maju dari Barat.
Faktanya, sekarang dunia Islam terpecah
dalam puluhan negara, yang kesemuanya dipimpin oleh para diktator yang
membebek pada Barat. Mereka tergantung pada ekonomi dan teknologi Barat.
Sedang rakyatnya hidup dengan berorientasi pada budaya Barat dan
gandrung mengkonsumsi produk industri Barat.
Kalau demikian apa yang dicemaskan Barat ?
--------------------------------------------
Kebobrokan sistem kapitalisme telah
nyata, baik berupa kerusakan lingkungan, pemiskinan di dunia ketiga
maupun disorientasi kehidupan pada masyarakat Barat sendiri, yang di
antaranya tercermin dari peningkatan penggunaan narkoba dan angka bunuh
diri. Orang jelata di Barat akhirnya merasakan sesuatu yang tidak benar
dan tidak adil pada sistem yang diterapkan atas mereka. Mereka menyadari
bahwa sistem itu hanya menguntungkan segelintir kecil elit mereka,
yakni para kapitalis serta politisi yang merealisasi tujuan para
kapitalis itu secara sah.
Dan tidak ada lagi di dunia ini yang
bisa membendung laju kapitalisme seperti itu di Barat. Sampai akhirnya,
di dunia Islam muncul gerakan-gerakan Islam yang melawan kekufuran
kapitalisme itu, baikkarena dorongan aqidah, maupun karena kesumpekan
hidup akibat praktek kapitalisme di negeri-negeri Islam.
Karena itu, yang dicemaskan Barat, atau
secara spesifik : yang dicemaskan para kapitalis Barat, tak lain adalah
geliat gerakan-gerakan Islam. Rupanya, meski puluhan tahun sudah
khilafah dibubarkan dan sistem kapitalisme diterapkan di dunia Islam,
namun selama ummat Islam ini masih ada, dan selama akses kepada
sumber-sumber Islam masih dibuka, selama itu pula masih akan bermunculan
orang-orang dari ummat Islam ini yang menggeliat untuk bangkit melawan
kekufuran, karena kekufuran adalah musuh abadi Islam sejak para nabi.
Sejarah menunjukkan, perang salib-pun
akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin, setelah tentara salib berkuasa
hampir dua abad. Bagdad-pun demikian, setelah dihancurkan Tartar,
akhirnya bangkit kembali. Ini karena ummat Islam masih ada dan dakwah
masih berjalan. Berbeda dengan Andalusia, yang ketika inquisisi seluruh
muslim dihabisi, sehingga sampai sekarang praktis wilayah itu tidak
pernah menjadi muslim kembali.
Karena itu, seandainya perang salib
terjadi lagi, maka model yang paling masuk akal adalah model inquisisi.
Ummat Islam akan dihabisi, sebab tidak cukup menjadikan mereka sekuler,
yang masih berpotensi untuk
bangkit kembali.
Untuk itu ditempuh strategi penghancuran
dakwah dan penghancuran ummat. Dakwah digilas dengan isu terorisme.
Harakah-harakah dakwah yang paling ideologis diserang lebih dulu,
walaupun pada akhirnya, yang paling moderatpun akan digilas juga,
sebagaimana pengalaman di Bosnia. Sedang penghancuran ummat dilakukan
dengan penguasaan total sumber-sumber ekonomi. Maka penguasa manapun
yang sulit diajak "kerjasama" akan dihabisi untuk digantikan dengan
agen-agen mereka. Beserta tentara dan
rakyat yang mendukungnya.
Di sisi lain, kekuatan kapitalisme
dioptimalkan untuk membiayai penyesatan opini via media massa,
mengorbitkan intelektual yang mendukung mereka (seperti JIL), membiayai
partai politik yang sejalan dengannya, melobby penguasa atau tokoh
masyarakat agar lunak terhadap mereka, membayar demonstrasi yang
mengusung agenda-agenda mereka -sadar ataupun tidak, dan bila perlu
membiayai aksi-aksi teroris yang dipandang bermanfaat untuk
kepentingannya -baik sadar ataupun tidak bahwa mereka dimanfaatkan.
Menjawab konspirasi ini, tak ada jalan
lain bagi harakah-harakah Islam selain lebih merapatkan barisan agar
mendapatkan energi yang cukup untuk secepatnya menegakkan kembali
Khilafah Islamiyah, karena hanya institusi ini yang akan sanggup menahan
"perang salib" tersebut bahkan membalikkannya menjadi jihad fii
sabilillah, untuk membuka Roma, sebagaimana nubuwaah Rasul.
Label dari
Perang Salib