Belajar Ngetik Dengan 10 Jari

Berikut aturan jari-jari tangan yang harus anda biasakan.

  • Tangan kiri
  1. Jari kelingking : hanya untuk huruf Q, A, Z dengan peletakkan posisi awal jari kelingking di huruf A
  2. Jari manis : hanya untuk huruf W, S, X dengan peletakkan posisi awal jari manis di huruf S
  3. Jari tengah : hanya untuk huruf E, D, C dengan peletakkan posisi awal jari tengah di huruf D
  4. Jari telunjuk : hanya untuk huruf R, F, V, T, G, B dengan peletakkan posisi awal jari telunjuk di huruf F
  5. Ibu jari : hanya untuk spasi
  • Tangan Kanan
  1. Ibu jari : hanya untuk spasi
  2. Jari telunjuk : hanya untuk huruf Y, H, N, U, J, M dengan peletakkan posisi awal jari telunjuk di huruf H
  3. Jari tengah : hanya untuk huruf I K (koma) dengan peletakkan posisi awal jari tengah di huruf K
  4. Jari manis : hanya untuk huruf O L (titik) dengan peletakkan posisi awal jari manis di huruf L
  5. Jari kelingking : hanya untuk huruf P (titik koma), (garis miring) dengan peletakkan posisi awal jari kelingking di tanda : (titik dua)
Sebenarnya, mengetik dengan 10 jari tergantungan kebiasaan kita saja. kalau sudah terbiasa sambil merempun jadi seperti kita ngetik sms saja.

    Desain Pembelajaran Berbasis TI


    Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat pesat, menurut catatan www.internetworldstats.com/ saat ini ada satu milyard pengguna internet di dunia. Penetrasi internet di Asia adalah 10%, sedangkan di Amerika mencapai 67%. Indonesia menduduki urutan ke 13 pengguna internet dunia dengan jumlah pengguna internet tahun 2006, sebanyak 18 juta orang. Angka itu mencapai 10 kali lebih besar dibanding lima tahun lalu. Tidak berlebihan apabila ada yang mengatakan bahwa TIK membawa gelombang baru menuju perubahan besar dalam sejarah kebudayaan manusia.

    Tinsiri memberi perumpamaan yang sangat baik dalam menghadapi perkembangan TIK. Ia mengatakan, apabila TIK tersebut diibaratkan arus badai, maka setidak-tidaknya ada tiga kemungkinan sikap kita menghadapinya, yaitu mencoba bertahan melawan arus, hanyut terbawa arus, atau memanfaatkan arus. Dalam perumpamaan ini, sikap yang paling tepat adalah yang terakhir, memanfaatkan arus sebagai sumber energi. Demikian pula dalam dunia pendidikan. Arus TIK telah masuk ke dunia pendidikan. Hadirnya TIK di sekolah, di ruang kelas, di rumah, bahkan di kamar tidur siswa, tidak lagi dapat dibendung. Hadirnya TIK bukan lagi sebuah pilihan, kita memilih ataupun tidak, era TIK telah hadir.

    TIK mempunyai potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Pada blue print TIK Depdiknas, stidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian desain pembelajaran berbasis teknologi informasi?

    2. Bagaimana konsep umum desain bahan ajar berbasis teknologi?

    3. Apa saja unsur-unsur desain bahan ajar?

    C. Tujuan Masalah

    1. Untuk mengetahui pengertian desain pembelajaran berbasis teknologi informasi.

    2. Untuk mengetahui bagaimana konsep umum desain bahan ajar berbasis teknologi.

    3. Untuk mengetahui unsur-unsur desain bahan ajar.

    BAB II

    DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

    A. Pengertian Desain Dan Bahan Ajar

    1. Pengertian Desain

    Penggunaan istilah design atau desain bermula dari gambar teknik arsitektur (gambar potong untuk bangunan) serta diawal perkembangan, istilah desain awalnya masih berbaur dengan seni dan kriya. Dimana, pada dasarnya seni adalah suatu pola pikir untuk membentuk ekpresi murni yang cenderung fokus pada nilai estetis dan pemaknaan secara privasi. Sedangkan desain memiliki pengertian sebagai suatu pemikiran baru atas fundamental seni dengan tidak hanya menitik-beratkan pada nilai estetik, namun juga aspek fungsi dan latar industri secara massa, yang memang pada realitanya pengertian desain tidak hanya digunakan dalam dunia seni rupa saja, namun juga dalam bidang teknologi, rekayasa, dan lain-lain.

    Desain secara etimologi, istilah Desain berasal dari beberapa serapan bahasa, yaitu kata "designo" (Itali) yang secara gramatikal berarti gambar yang bermakna.

    Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk "Century 21 Broker Properti Jual Beli Sewa Rumah Indonesia" menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata.

    Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini, proses (secara umum) juga dianggap sebagai produk dari desain, sehingga muncul istilah "perancangan proses". Salah satu contoh dari perancangan proses adalah perancangan proses pembelajaran.

    2. Pengertian Bahan Ajar

    Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

    Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai :

    1. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa.

    2. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.

    3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

    Dari pembahasan singkat diatas, desain bahan ajar berbasis teknologi dapat disarikan mmenjadi seperangkat materi yang disusun secara sistematis dengan menggunakan fasilitas teknologi dan informasi sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

    B. Desain Bahan Ajar

    1. Software Bahan Ajar

    Teknologi selalu mencakup hardware dan software. Hardware akan berguna apabila tersedia software di dalamnya, demikian pula sebaliknya software baru akan dapat bermanfaat apabila ada hardware yang menjalankannya.
    Software dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu software operating sistem (OS), software aplikasi, dan software data atau konten. OS adalah software yang berfungsi sebagai sistem operasi, seperti DOS, Windows, Linux, dan Unix. Aplikasi adalah software yang digunakan untuk membangun atau menjalankan proses sesuai dengan perintah-perintah pemrograman, misalnya office, LMS, CMS, dan lain-lain. Sedangkan data atau bahan ajar termasuk ke dalam kelompok software konten, misalnya bahan ajar baik berupa teks, audio, gambar, video, animasi, dan lain-lain.

    Dalam pengertian yang paling sederhana, suatu proses belajar akan terjadi apabila tersedia sekurang-kurangnya dua unsur, yakni orang yang belajar dan sumber belajar. Sumber belajar mencakup orang (nara sumber), alat (hardware), bahan (software), lingkungan (latar, setting), dan lain-lain. Bahan ajar adalah salah satu jenis dari sumber belajar. Bahan belajar merupakan elemen penting dalam elearning. Tidak ada elearning tanpa ketersediaan bahan belajar. Untuk itu, maka kemampuan seorang guru dalam mengembangkan bahan belajar berbasis web menjadi sangat penting.

    2. Jenis Bahan Ajar

    Bahan ajar adalah segala bentuk konten baik teks, audio, foto, video, animasi, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk belajar. Ditinjau dari subjeknya, bahan ajar dapat dikatogorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Banyak bahan yang tidak dirancang untuk belajar, namun dapat digunakan untuk belajar, misalnya kliping koran, film, sinetron, iklan, berita, dan lain-lain. Karena sifatnya yang tidak dirancang, maka pemanfaatan bahan ajar seperti ini perlu diseleksi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

    Bahan belajar yang dirancang adalah bahan yang dengan sengaja disiapkan untuk keperluan belajar. Ditinjau dari sisi fungsinya, bahan ajar yang dirancang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
    1. Bahan presentasi.
    2. Bahan referensi.
    3. Bahan belajar mandiri.

    Sedangkan ditinjau dari media, bahan ajar dapat kelompokkan menjadi bahan ajar cetak, audio, video, televisi, multimedia, dan web. Sekurang-kurangnya ada empat ciri bahan ajar yang sengaja dirancang, yakni:
    1. adanya tujuan yang jelas
    2. ada sajian materi
    3. ada petunjuk belajar
    4. ada evaluasi keberhasilan belajar.
    3. Bahan Ajar Berbasis Web.

    Sebagaimana sebutannya, bahan ajar berbasis web adalah bahan ajar yang disiapkan, dijalankan, dan dimanfaatkan dengan media web. Bahan ajar sering juga disebut bahan ajar berbasis internet atau bahan ajar on line. Terdapat tiga karakteristik utama yang merupakan potensi besar bahan ajar berbasis web, yakni;

    1. menyajikan multimedia.
    2. menyimpan, mengolah, dan menyajikan infromasi hyperlink.

    Karena sifatnya yang on line, maka bahan ajar berbasis web mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan karakteristik web itu sendiri. Salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah adanya fasilitas hyperlink. Hyperlink memungkinkan sesuatu subjek nge-link ke subjek lain tanpa ada batasan fisik dan geografis, selama subjek yang bersangkutan tersedia pada web. Dengan adanya fasilitas hyperlink maka sumber belajar menjadi sangat kaya. Search engine sangat membantu untuk mencari subjek yang dapat dijadikan link.

    4. Unsur-unsur Bahan Ajar

    Bahan ajar setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu mencakup:
    1. Tujuan.
    2. Sasaran.
    3. Uraian.
    4. Materi.
    5. Sistematika.
    6. Sajian.
    7. Petunjuk belajar.
    8. Evaluasi.

    Sebuah bahan ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup kriteria ABCD (audience, behavior, criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik, untuk siapa bahan relajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan subjek orang, Namun juga harus mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang harus sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.

    5. Langkah-langkah Pengembangan

    Secara makro, pengembangan bahan ajar mencakup langkah-langkah analisis kebutuhan, perancangan, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Secara mikro, langkah-langkah pengembangan bahan ajar berbasis web dimulai dari penentuan sasaran, pemilihan topik, pembuatan peta materi, perumusan tujuan, penyusunan alat evaluasi, pengumpulan referensi, penyusunan bahan, editing, upload, dan testing.

    6. Penentuan Sasaran

    Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah bahan ajar adalah menentukan secara jelas siapa sasaran bahan ajar tersebut. Di dalam kelas konvensional, sasaran telah sangat terstruktur, misalnya siswa kelas dua SMA semester pertama. Pernyataan tersebut telah mengandung indikasi yang jelas tentang siapa mereka, kemampuan apa yang harus mereka kuasai, serta di mana kedudukan bahan belajar yang akan disajikan dalam keseluruhan kurikulum sekolah. Demikian pula pada penyusunan bahan belajar berbasis web sasaran harus dicantumkan secara spesifik.

    7. Pemilihan Topik

    Setelah sasaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih topik yang sesuai dengan kebutuhan sasaran tersebut. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan pertimbangan, antara lain; materi sulit, penting diketahui, bermanfaat, merupakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum banyak diketahui, atau bahasan dari sudut pandang lain, dan lain-lain.

    8. Pembuatan Peta Materi

    Peta materi sangat membantu dalam merumuskan keluasan dan kedalaman materi yang akan dibahas. Membuat peta materi dapat diibaratkan menggambar sebuah batang pohon yang bercabang dan beranting, semakin banyak cabang maka semakin luas bahasan materi. Sedangkan apabila kita menghendaki bahasan yang fokus dan spesifik, maka kembangkanlah bagian ranting-ranting.

    9. Penyusunan Alat Evaluasi

    Setelah merumuskan tujuan, langsung diikuti dengan perumusan alat evaluasi. Alat evaluasi dimaksudkan untuk menjawab dengan cara bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu tujuan itu telah tercapai. Setiap indikator tujuan harus dapat diukur keberhasilannya. Sebuah rumusan tujuan dapat diukur dengan satu butir alat evaluasi. Dapat satu set alat evaluasi mengukur serangkai tujuan. Misalnya kita merumuskan tujuan mampu mengendari sepeda motor, maka alat evaluasi yang mungkin adalah lembar observasi tentang kemampuan mengendarai sepeda motor.

    BAB III

    KESIMPULAN

    Dengan memanfaatkan internet atau teknologi informasi, kita akan dengan sangat mudah memperoleh berbagai informasi dan bahan belajar yang kita perlukan. Sumber belajar pada dunia maya sangat kaya, Selama kita memahami bahasannya, sumber belajar dari berbagai belahan dunia dapat kita peroleh. Dari mana bahan itu datang? Sesungguhnya, kita tidak akan mendapatkan apa-apa kalau tidak ada orang yang menyediakan bahan belajar tersebut di web. Oleh karena itu, pada dunia web, tidak baik kita hanya memposisikan diri sebagai konsumen.

    DAFTAR PUSTAKA

    · Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pembuatan Multimedia Pembelajran Interaktif. Jakarta: 2007.

    · Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman Penyusunan Bahan Ajar. Jakarta: 2006.

    · www.internetworldstats.com.

    Label dari

    Agama dan Sains

    Dalam sebuah parjalanan manusia, kita telah sejak lama terlibat dalam permainan cari mencari yang abadi, dalam permainan itu antara akal dan kepercayaan saling silih berganti sebagai sasaran pencarian. Kebutuhan kita untuk mempercayai dan kemampuan kita untuk berpikir jarang sekali mencapai titik perimbangan, padahal hanya dengan cara demikianlah wujud keberadaan manusia dapat memperoleh ketenangan btiniah. Oleh karena itu dalm hal ini membahas mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kepercayaan (agama) dan masalah-masalah yang berhubungan pada akaln pikiran manusia yang lebih khususnya mengenai sains Yang keduanya melengkapi kebutuhan hidup manusia.

    B.   Rumusan Masalah
    1.Apa agama itu?
    2.Apa sains itu?
    3.Apa persamaan dan perbedaan sains dan agama?

    C. Tujuan
         1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan agama.
          2. mengetahui apa yang dimaksud dengan sains.
          3. mengetahui persamaan dan perbedaan antara sains dan agama.








    BAB II
    PEMBAHASAN
    A.   AGAMA
    1. Pegertian Agama
    Pengertian tentang agama sangatlah banyak, namun Harun Nasution mendefinisikan agama sebagai berikut:
    a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi
    b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
    c. Mengikatkan diri pada suatu bentuka hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
    d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
    e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
    f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada kekuatan yang gaib
    g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemahdan pesrasaan takut terhadap kekuatan misteriusyang terdapat dalam alam sekitar manusia.
    h. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
    Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-Nya. Pokok pembahasan yang dibahas dalam agama adalah eksistensi Tuhan, manusia, serta hubungan antara manusia dengan Tuhan.
    Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai penagruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatanyang lebih tinngi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang dapat ditangkap oleh panca indra.
    Aktivitas agama itu sendiri mencakup kepada: ketaaatn dan kecintaan terhadap Tuhan, penerimaan wahyu yang supranatural, kepercayaan kepada jiwa, kebaktian, pemisahan antara yang sakral dengan profane pengorbanan, perasaan diosa dan menyesal serta pencarian keselamatan.
    Agama tidak hanya sekedar agama, melainkan untuk diterapkan daam kehidupan dan segala aspeknya. Dalam agama, harus ada perealisasian dalam kehidupan manusia dengan mematuhi ajaran agama yang telah dianut manusia tersebut sehingga manusia yang memang benar-benar mematuhi jaran agam akan mendapatkan balasannya kelak nanti di akhirat. Pengetahuan dan kebenaran agama dapat dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori-teori dalam kehidupan. Pengetahuan dan kebenaran agam a yang berisikan kepercayaan dan nilai-nilai dalamkehidupan, dapat dijadikan sumber dalam menentukan tujuan dan paradigma hidup manusia, dan sampai pada perilaku manusia itu sendiri.
    2. Ciri-ciri agama
    Ciri-ciri agama adalah sebagai berikut:
    • Agama merupakan suatu sistem keimanan atau keyakinan terhadap eksistensi sesuatu yang absolut (mutlak) di luar diri manusia yang merupakan Causa-prima atau penyebab pertama dari pada segala sesuatu termasuk dunia itu dan segala isinya.
    • Agama merupakan satu sistem ritual atau peribadatan atau penyembahan dari manusia kepada sesuatu yang diberi predikat yang absolut (mutlak) atau causa prima itu.
    • Agama merupakan suatu sistem nilai (value system) atau sistem norma atau kaidah yang menjadi pola hubungan manusiawi antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnyas dari yang absolut (mutlak) atau causa-prima itu dengan yang seirama dengan tauhid
    • Agama memiliki kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib, kudus Maha Agung, dan pencipta Alam semesta (Tuhan).
    • Manusia melakukan hubungan dengan hal-hal tersebut di atas, dengan melakukan berbagai cara, seperti dengan mengadakan upacara-upacara eitua, pemujaan, pengabdian dan do’a.
    • Agama memiliki suatu ajaran (doktrin) yang harus di jalankan oleh setiap pemeluknya.
    3. Manfaat Agama
     Terlepas dari pada berbagai bentuk ataupun tipe agama, manusia di dunia akan menjadi penganut atau pengikutnya yang setia. Karena menurut kepercayaan manusia telah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupannya, yang tidak mungkin dapat diuji dengan pengalaman maupun akal, seperti halnya menguji ilmu dan filsafat, karena agama lebih banyak menyangkut perasaan dan keyakinan.
    Menurut Hocking, agama merupakan obat dari kesukaran, dan kekhawatiran yang dihadapi manusia , sekurang-kurangnya meringankan kehawatiran dari kesukaran yang dialami manusia tersebut. Agama merupakan pernyataan pengharapan manusia dalam dunia yang besar (jagat raya), karena ada jalan hidup yang benar yang perlu ditemukan. Agama menjadi suatu lembaga yang bersemangat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dan membayangkannya sebagai suatu tuntutan yang kosmis.
     Selain itu juga manusia merupakan makhluk yang berpotensi memiliki agama, buktinya dilihat dari bukti historis dan antropologis. Melalui bukti historis dan antropologis kita mengetahui bahwa pada manusia primitive yang kepadanya tidak pernah datang informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang mereka percayai itu terbatas pada daya khayalnya. Oleh karena itu agama merupakan suatu kebutuhan yang dapat lahir begitu saja.
    Tujuan akhir dari agama bagi manusia adalah mengembalikan manusia kepada keadaan sebelum ia ada, dan ini melibatkan upaya pencarian identitas dan nasib terakhirnya, dengan melakukan perbuatan yang benar (amal shaleh). “Kembali” dalam hal ini adalah hidup itu sendiri, yang mencakup pencarian ilmu yang benar, pemahaman terhadap tanda-tanda dan lambang-lambang tuhan yang tertulis dalam ktab alam tabi’i (alam lahiriyah di sekitar kita, tempat manusia hidup), dengan menggunakan cahaya petunjuk firman-Nya dan yang ditfsirkan oleh manusia suci utusan-Nya.
    B.   Sains
    1.      Pengertian Sains
    Berdasarkan webster new collegiate dictionary definisi dari sains adalah “pengetahuan yang diperolehmelalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam.
    Sains adalah pengetahun yang logis dan didukung oleh bukti empiris, namun pada dasarnya pengetahuan sains tetaplah suatu pengatahuan yang berdasarkan pada bukti nyata (bukti empiris). Dalam bentuknya yang baku pengetahuan sains itu mempunyai paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya dapat dikatakan paradigma positif (positivistic paradigm) dan metodenya disebut metode ilmiah (scientific method). Formula utama dalam pengetahuan Sains adalah “Buktikan bahwa itu logis dan tunjukkan bukti empirisnya”.
    Banyak masyarakat beranggapan bahwa sains itu hanya berkaitan dengan hal-hal yang dapat dibuktikan secara alamiah. Satu sis penting sains modern sejak dekade 30-an adalah munculnya kesadaran bahwa sains tidak mengenal adanya kebenaran mutlak. Karena satu hal yang sangat mendasar yang ditekankan di sini adalah bahwa seorang ilmuwan tidak boleh sekali-sekali menyatakan bahwa teorinya itu benar secara mutlak. Satu sains lainnya yang juga sangat mendasar adalah bahwa tanpa menghiraukan serangkaian percobaan yang telah berhasil dilakukannya, apabila terdapat pengujian yang secara sah terbukti menunjukkan bahwa teori tersebut salah, maka seluruh bangunan teoritis itu menjadi runtuh.
    2.      Ciri-Ciri Sains
    adapun ciri-ciri sains itu diantaranya:
    ·         Analitis; memeriksa semua gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya menurut bagiannya dengan menggarap salah satu lapanga pengetahuan seagai objek formulanya.
    ·          Menekankan fakta untuk melukiskan obyeknya; netral dan mengabstrakkan faktor keinginan dan penilaian manusia.
    ·         Memulai sesuatu dengan memakai asumsi-asumsi
    ·         Menggunakan metode eksperimen yang terkontrol sebagai cara kerja dan sifat terpenting; menguji sesuatu dengan berdasarkan penginderan.
    3.      Manfaat sains
    Dalam kehidupan manusia sians diidentikan dengan penelitian-penelitian yang memberikan manfaat yang sangat besar dalam kehidupan manusia itu sendiri. Karena dengan adanya sains membuat peradaban manusia menjadi lebih maju. Dengan munculnya teknologi membuat manusia ingin lebih mengembangkan adanya teknologi tersebut dengan mengadakan penelitian-penelitian demi kelangsungan hidup manusia yang lebih baik.
    C.   Sains dan Agama
    Sains dan agama, merupakan dua entitas yang sama-sama telah mewarnai sejarah
    kehidupan umat manusia. Sebab, keduanya telah berperan penting dalam membangun
    peradaban. Dengan lahirnya agama,tidak saja telah menjadikan umat manusia memiliki iman,tapi hal lain yang tidak bisa dipandang sebelah mata adalah terbangunnya manusia yang beretika, bermoral dan beradab yang menjadi pandangan hidup bagi manusia dalam menjalani hidup di dunia.
    Sementara sains dengan puncak perkembangan yang telah dicapai, juga telah menjadikan kemajuan dunia dengan berbagai penemuanyanggemilang.Tetapi, sepanjang sejarah ke hidupan umat manusia itu pula, hubungan sains dan agama tak bisa dikata selaluharmonis. Dengan kata lain, dalam perdebatan mengenai hubungan sains dan agama, tidak selalu membangun simpul kesepakatan. Selalu ada ruang kosong yang itu merupakan ruang debat yang tak sekadar simpel dan sederhana, melainkan juga amat membingungkan dan bahkan membuat "pusing" kepala.Memang, harus diakui bahwa "nasib"agama dikhawatirkan bisa terancam dengan kemunculan sains yang seolah menyerang agama habis-habisan.Kendati demikian, tetaplah muncul pula sebuah harapan akan peranan sains dalam menyingkirkan unsur-unsur"takhayul" dalam ajaran agama dan dengan itu bisa membantu agama tetap eksis "dipeluk" umat manusia karena bersifat rasional.
    Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai prsamaan dan perbedaan sain dan agama.
    1. Persamaan Agama dan Sains
    Antara sains dan agama tentunya terdapat persamaan-persamaan diantaranya:
    v  Keduanya merupakan sumber atau wadah kebenaran (obyektifitas) atau bentuk pengetahuan.
    v  Dalam mencari bentuk kebenaran tersebut masing-masing mempunyai metode, sistem dan mengolah obyeknya sampai habis-habisan.
    v  Sains bertujuan mencari kebenaran tentang mikrikosmos (manusia), makrokosmos (alam), dan eksistensi Tuhan atau Allah. Dan agam bertujuan untuk kebahagiaan ummat manusia di dunia akhirat dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak itu. Baik itu mengenai manusia alam maupun Tuhan atau Allah itu sendiri.
    1. Perbedaan antara Agama dan Sains
    Adapun perbedaan antara agama dan sains antara lain:
    v  Sumber kebenaran sains itu berasal dari manusia itu sendiri dalam arti pikiran, pengalaman, dan intuisinya. Sedangkan sumber kebenaran agama dalah dari allah di langit,karena itu bersifat vertikal transdental.
    v  Pendekatan kebenaran sains dengan jalan riset pengalaman dan percobaan sebagai tolok ukurnya. Sedangkan pendekatan kebenaran agama dengan berpaling kepada wahyu allah yang dikodifikasikan dalam kitab suci.
    v  Sifat kebenaran sains adalah positif (sampai saat ini) dan nisbi (relatif). Sedangkan sifat kebenaran agama adalah mutlak (absolut), karena bersumber dari Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak, Maha Sempurna, Maha Bijaksana, yaitu; Allah.
    v  Tujuan sains hanyalah bersifat teoritis dan umumnya pengalamnnya untuk tujuan ekonomi praktis atau untuk kenikmatan jasmani manusia. Sedangkan tujuan agama adalh kedamian, keridhaan, keselamatan dalam Islam istilahnya: “salam” seperti ucapan Allah pada ahli surga di akhirat.
    D.   Pandangan Agama dan  Sains
    1. Pandangan Agama dan Sains menurut Barat
    Dalam pikiran kebanyakan orang barat, terdapat penekanan yang berlebih-lebihan pada pembagian antara pendekatan agama dan sains dalam mengungkapkan alam semesta. Agama sering dikatakan sebagai “dibuat-buat”, sementara pendekatan sains sebagai yang nyata dan benar-benar adanya. Ironisnya, sekalipun mereka telah menolak agama formal dan tradisi, namun terdapat ketertarikan terhadap supernatural, khususnya ketika sains fiktif berada di dalamnya. Mereka sering kali menerima bukti dari tangan kedua atau ketiga tentang pesawat piring UFO, akan tetapi meragukan bukti keberadaan Tuhan. Bukti ilmiah menjadi satu-satunya hal yang isa diterima. Memang cukup mengejutkan, mereka berkesimpulan bahwa letak masa depan kemanusiaan bukan berada di mesjid, candi, ataupun gereja, melainkan di labolatorium. Pelajar muslim di dunia barat sangat rapuh dan rentan menghadapi serangan pengaruh intelekual yang naif seperti ini. Persoalannya jelas dan tidak bisa diabaikan begitu saj.
    1. Pandangan agama an sains menurut islam
    Dari sudut pandang islam, pengajaran sains tidak menerapkan pandangan “umum” yang menyesatkan karea hal ini akan memperkuat sarjana dualisme barat atara pola berpikr ilmiah dan keagamaan. Karena menurut Islam tanpa adanya pengajaran sains yan terencana secara hati-hati maka seseorang dengan sendirinya akan menerapkan bentukan pemikiran sekuler ysng berlaku selama ini dan menerima pendapat adanya pertentangan antara sains dan agam. Begitu kuatnya bentukan sekuler itu dalam sistem pendidikan modern sehingga jika ada seorang murid sains di saat menjelaskan teori evolusi (proses seleksei alam) menolak untuk membahas masalah ciptan, maka sebagian besar siswa akan secara otomatis beranggapan bahwa evolusi telah mengganti ciptaan. Ini merupakan persoalan mendasar di masyarakat yang secara tajam membedakan antara persoalan agama dengan persoalan negara

    Jangan di Copas saya tidak bisa memberikan referensinya silahkan baca saja dan cari sumber yang lebih tepat sobat.

    Label dari