Perkembangan Pribadi Manusia

 PRIBADI MANUSIA
Perkembangan pribadi manusia menurut psikologi berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai mati, yaitu sejak terjadinya sel bapak-ibu (konsepsi) sampai mati individu senantiasa mengalami perubahan-perubahan atau perkembangan. Kebanyakan para ahli psikologi cenderung membedakan pengertian pertumbuhan dengan perkembangan. Istilah “Pertumbuhan” diartikan sebagai “perubahan-perubahan yang bersofat kwatitatif yang menyangkut aspek jasmaniah”, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada organ-organ dan struktur organ fisik, sehingga anak semakin bertambah umurnya semakin besar dan semakin tinggi pula badannya.

Istilah “Perkembangan” secara khusus diartikan sebagai “perubahan-perubahan yang bersifat kwalitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia”, seperti perubahan-perubahan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan, kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan dan sebagainya, sehingga dengan perkembangan tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengetahuan dan kemampuannya juga semakin baik sifat sosial, moral, keyakinan agama dan sebagainya.

Dengan proses pertumbuhan fisik dan perkembangan mental psikologis yang diperoleh anak secara optimal dapat diharapkan si anak akan tumbuh berkembang menjadi manusia dewasa yang baik dan berkwalitas sebagaimana yang diharapkan dirinya sendiri, juga oleh orang tua dan masyarakat.

Guna mewujudkan hasil perkembangan yang sangat diharapkan itu tidak ada cara lain kecuali dengan mengefektifkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab para pendidik (orang tua dan guru) dalam membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak baik dirumah, diluar rumah maupun di sekolah, karena pada hakikatnya memperoleh bimbingan atau pendidikan yang baik itu adalah hak si anak dari pendidiknya.

Dalam proses perkembangan manusia, lingkungan merupakan faktor yang sangat penting setelah pembawaan. Tanpa adanya dukungan dari faktor lingkungan maka proses perkembangan dalam mewujudkan potensi pembawaan menjadi kemampuan nyata tidak akan terjadi. Oleh karena itu fungsi atau peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dapat dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik, sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat/merusak perkembangan. Oleh karena itu sudah menjadi tugas utama seorang pendidik untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan si anak dan berusaha untuk mengawasi dan menghindarkan pengaruh faktor lingkungan yang negatif yang dapat menghambat dan merusak perkembangan sang anak.

LINGKUNGAN PERKEMBANGAN ANAK DIDIK DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

A. Pengertian Tentang Lingkungan
Lingkungan dalam pengertian umum berarti situasi di sekitar kita. Dalam lapangan pendidikan, arti lingkungan itu luas sekali, yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri anak, dalam alam semesta ini.
Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai dengan meninggalnya. Antara lingkungan dan manusia ada pengaruh yang timbal balik, artinya lingkungan mempengaruhi manusia, dan sebaliknya, manusia juga mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Century 21 Broker Properti Jual Beli Sewa Rumah Indonesia . Lingkungan tempat anak mendapat pendidikan disebut dengan lingkungan pendidikan. Agar tidak menimbulkan salah pengertian, lingkungan sering disebut sebagai faktor dalam. Lingkungan sering pula disebut dengan ; Milieu, envioronment.
Ki Hajar Dewantara, membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu:
  • - Keluarga,
  • - sekolah,
  • - masyarakat.
Dimana pada masing-masing lingkungan itu dapat berwujud berupa lingkungan phisik, lingkungan budaya, lingkungan sosial, lingkungan alam maupun lingkungan spritual.
B. Tri Pusat Pendidikan
Lembaga Pendidikan ialah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik.
1. Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan Pertama dan Utama
Kalau kita tinjau dari ilmu sosiologi, keluarga adalah bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yakni kesatuan dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat.Pendidikan Keluarga adalah juga pendidikan masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat, juga karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk kehidupan anak-anak itu di masyarakat kelak. Pendidikan keluarga mau tidak mau harus mengikuti derap langkah kemajuan masyarakat. Dengan demikian nampaklah adanya satu hubungan erat antar kelurga dengan masyarakat.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-isteri). Berdasarkan asas cinta yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina kehidupan sang anak. Oleh Ki Hajar Dewantara dikatakan supaya orang tua (sebagai pendidik) mengabdi kepada sang anak. Motivasi pengabdian keluarga (orang tua) ini semata-mata demi cinta kasih yang kodrati. Di dalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur anak itu dalam tanggung jawab keluarga.
2. Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan Kedua Indonesia
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping kelurga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Dengan sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak didik, yang berguna bagi dirinya, dan berguna bagi nusa dan bangsanya. Dengan sekolah, golongan atau partai mendidik kader-kadernya untuk meneruskan dan memperjuangkan cita-cita dari golongan atau partainya. Dengan sekolah, kaum beragama mendidik putra-putranya untuk menjadi orang yang melanjutkan dan memperjuangkan agama.
Karena sekolah itu sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan, maka dapatlah ia kita golongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua sesudah keluarga, lebih-lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan kelurga dengan guru sebagai ganti orang yang harus ditaati.
3. Masyarakat Sebagai Lembaga Pendidikan Ketiga
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya. Masalah pendidikan di keluarga dan sekolah tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat di manapun berada, tentu mempunyai karakteristik tersendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan karakteristik masyarakat lain, namun juga mempunyai norma-norma yang universal dengan masyarakat pada umumnya.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Didik
Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau mempengaruhi perkembangan, dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang berbeda-beda. Para ahli yang beraliran “Nativisme” berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasar/pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Schopenhauer.
Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yang mengikuti aliran “Empirisme” berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran Empirisme ini menjadikan faktor lingkungan/pendidikan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seorang individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke.
Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrem di atas adalah “aliran konvergensi” dengan tokohnya yang terkenal adalah William Stern. Menurut aliran konvergensi, perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. baik faktor dasar / pembawaan maupun faktor lingkungan/pendidikan kedua-duanya secara convergent akan menentukan / mewujudkan perkembangan seseorang individu. Sejalan dengan pendapat aliran ini Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan di Indonesia kita juga mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu faktor dasar/pembawaan (faktor internal) dan faktor ajar / lingkungan (faktor eksternal).
Menurut Elizabeth B. Hurluck, baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, lebih-lebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang penting.
Selain faktor-faktor yang tersebut di atas, masih ada lagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak didik, diantaranya adalah faktor teman sebaya, keragaman budaya dan faktor media massa.
1. Faktor teman sebaya
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya, sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam suasana bermain.
Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai pemimpin, atau yang menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap-sikap menguasai anak-anak lain, akan besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau pola-pola kepribadian. Konflik-konflik terjadi pada anak bilamana norma-norma pribadi sangat berlainan dengan norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman. Di satu pihak ia ingin mempertahankan pola-pola tingkah laku yang diperoleh di rumah, sedangkan di pihak lain lingkungan menuntutsi anak untuk memperlihatkan pola yang lain, yang bertentangan dengan pola yang sudah ada, atau sebaliknya. Makin kecil kelompoknya, di mana hubungan-hubungan erat terjadi, makin besar pengaruh kelompok itu terhadap anak, bila dibandingkan dengan kelompok yang besar yang anggota-anggota kelompoknya tidak tetap.
\
2. Keragaman budaya
Bagi perkembangan anak didik keragaman budaya sangat besar pengaruhnya bagi mental dan moral mereka. Ini terbukti dengan sikap dan prilaku anak didik selalu dipengaruhi oleh budaya-budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada masa-masa perkembangan, seorang anak didik sangat mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya yang berkembanga di masyarakat, baik budaya yang membawa ke arah prilaku yang positif maupun budaya yang akan membawa ke arah prilaku yang negatif.
3. Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau mempengaruhi prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan adanya media massa, seorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. Media massa dapat merubah prilaku seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang sangat berpengaruh adalah media massamassa saat ini berkembang semakin canggih. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa dampaknya bagi kehidupan kita. elektronik antara lain televisi. Televisi sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam perkembangan melalui acara yang disiarkannya. Media



DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1995,
Drs. Abu Ahamdi & Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Usaha Nasioanal, Surabaya, 1987.
Drs. M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1992.
Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992.
Drs. H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1995, hal. 11.
Drs. H. M. Alisuf Sabri, Ibid, hlm. 41.
Drs. Abu Ahamdi & Dra. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 64.
Ibid, hlm. 66.
Ibid, hlm. 170.
Ibid, hal. 177.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Usaha Nasioanal, Surabaya, 1987, hlm. 14.
Drs. H. Abu Ahmadi & Dra. Nur Uhbiyati, Op. Cit, hlm. 181.
Ibid, hlm. 184.
Drs. M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1992, hlm. 173-174.
Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992, hlm. 44.

Label dari

Century 21 Broker Properti Jual Beli Sewa Rumah Indonesia

Hampir sama dengan Market Place Online lainnya hanya saja ini khusus di bidang properti bangunan seperti jual beli dan sewa rumah. Sangat menarik dan memudahkan bagi anda yang sedang mencari atau membutuhkan sebuah rumah, kita cukup masuk ke alamat website www.century21.co.id dan memilih lokasi atau daerah tempat rumah yang ingin anda butuhkan rumah yang akan dijual atau akan disewa, lokasi untuk jabotabek, pulau jawa atau luar jawa dan Century 21 ini memiliki agen masing-masing lokasi, anda tinggal chating atau kontak no teloponnya sudah tercantum di Century 21 Broker Properti Jual Beli Sewa Rumah Indonesia




Bagaimana pendapat anda dengan adanya Centuri 21 Broker Properti ini?

Label dari

Filsafat dan Sains

BAB I
PENDAHULUAN

Pengalaman orang pada umumnya sangat terbatas, baik jenisnya maupun banyaknya. Sungguhpun begitu, orang dapat mengisi kekurangannya, dan dapat memperluas cakrawala pengalamannya dengan pengalaman-pengalaman orang lain. Sehingga pengetahuannya menjadi makin luas apalagi masalah pengetahuan, setiap orang pasti mempunyai rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu.

Begitu dekat hubungan antara sains dan filsafat, sehingga beberapa macam pengetahuan ilmiah tertentu, khususnya cabang-cabang yang lebih umum, seperti matematika, fisika, kimia,biologi, dan psikologi, sangat diperlukan oleh mahasiswa filsafat. Sesungguhnya perluasan yang terjadi pada sains ini membuat lebih dan lebih susah bagi para filsuf untuk menguasainya. Hal ini mendatangkan sebuah sifat kerendahan hati yang sehat. Berbagai system yang sudah jadi dan dibangun tanpa mempertimbangkan hasil observasi dan eksperimen yang senantiasa kurang dihormati.

Filsafat hal ini cenderung langsung menganalisa secara kritis konsep-konsep dan mempelajari berbagai makna dan nilai. Arti filsafat tidak lebih sebagai studi logis dan humanistis atas berbagai hal. Bagaimanapun filsuf yang ideal mesti menguasai sebanyak-banyaknya sains khusus.

Adapun yang akan dibahas adalah sains dan filsafat, pengertian sains dan filsafat dan perbandingan sains dan filsafat.

BAB II

PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN SAINS

1. Apa filsafat itu?

Dalam periode tradisional seperti ini Layaknya anak remaja ada dua situasi pilihan dalam menjalin kehidupn. Situasi tersebut semacam pengembaraan antara pilihan menempuh bahaya(danger) dan menumbuhkan harapan yang menjanjikan(promise). Artinya dalam situasi seperti ini ada banyak hal untuk dipikirkan dan tidak ada hal yang lebih menggembirakan daripada adanya lahan latihan berpikir seperti situasi ini. Ada banyak hal untuk dipikirkan terus-menerus dan filsafat dalam situasi seperti ini sangat sangat didefinisikan sebagai seni berfikir terus-menerus tentang segala hal. Atau mungkin filsafat ini bisa diartikan juga kebiasaan untuk mencoba berfikir segala sesuatu sampai keakar-akarnya.

Filsafat mengakibatkan berpikir secara logis tentang (the subject in hand) berbagai persoalan pokok yang dikuasai, baik secara sistematis maupun secara terus menerus kita hrus mendefinisikannya secara hati-hati istilah-istilah yang telah digunakan atau selama ini kita gunakan sendiri seraya menguji makna dan implikasi dari istilah-istilah tersebut.

Filsafat juga erupakan kebebasan berfikir manusia terhadap segala sesuatu tanpa batas dengan mengacu pada hukum keraguan atas segala hal. Sarwa sekalian alam dan segala hal data dilihat dari berbagai sudut melalui kontemplasi pemikiran yang sistematis logis dan radikal.

2. Apa sains itu.?

Kata science berasal dari kata latin yang digunakan untuk merujuk pada konsep pengetahuan, kata ini diturunkan dari kata, scio, scire, science adalah pengetahuan. Ada beberapa jenis pengetahuan yang masing-masing berbeda. Pengetahuan ilmiah yang kita maksudkan adalah pasti, eksak, seksama dan terorganisir secara lengkap. Pengetahuan semacam ini disebut juga dengan pengetahuan yang sunguguh-sungguh nyata (real knowledge) dan tentu saja terorganisir dengan baik.

Sebenarnya berbicara mengenai pengetahuan tidak akan pernah dilepaskan dari dua aspek. Pertama adalah aspek yang mengetahui yaitu manusia atau disebut juga sebagai subjek kedua adalah aspek yang diketahui atau disebut juga sebagai objek antara subjek dengan objek tidak akan pernah bisa dipisahkan, artinya tidak akan pernah ada. Sebuah pengetahuan andai kata salah stu dari kedua aspek itu tidak ada Century 21 Broker Properti Jual Beli Sewa Rumah Indonesia yang tidak ada. Hasil interaksi antara subjek dan objek itu kemudian dikomunikasikan dan jadilah pengetahuan. Jadi pengetahuan pada dasarnya ialah kesatuan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Sekarang kita yakin bahwa sains adalah sejenis penjelasan tentang suatu hal yang mengungkap berbagai kondisi (sebab-musabab) yang terjadi didalamnya. Sains juga merupakan sejenis penjelasa tentang suatu hal yang mengungkapkan contoh suatu hukum atau keseragaman umum. Hal ini juga msih benar, seandainya kita mengatakan bahwa usaha sungguh-sungguh sains bukan penjelasan terakhir tentang berbagai hal, tetapi sains hanya menganalisis dan mengklarifikasikan hukum-hukum tersebut dan menentukan berbagai kondisi yang terjadi atas mereka kemudian merumuskan atau memformulasikan cara-cara mereka bertingkah laku.

Cara kerja sains adalah sebagai berikut :

I. Kumpulan fakta-fakta

II. Gambaran tentang fakta-fakta

1. Definisi dan gambaran umum

2. Analisis

3. Klasifikasi

III. Penjelasan tentang fakta-fakta

1. Memastikan sebab-musabab (invartable antecedents)

2. merumeskan berbagai kesamaa prilaku(uniformities of behavior)



SEJARAH SINGKAT FILSAFAT SAINS

Pada awalnya filsafat sains lebih berupa metodologi atau telaah tentang tata kerja atau metode dalam berbagai sains serta pertanggungjawabanya secara rasional. Dalam logika sains biasa dibedakan ada yang disebut dengan konteks penemuan sains(context of scientific justification).

Tradisi sains, sebenarnya telah dimulai sejak filsafat itu lahir, yaitu sejak atau sekitar abad ke 6 SM. Thales, yang disebut-sebut sebagai bapak filsafat telah memutarkan dengan mencari tahu tentang bahan dasar alam semesta ia menyimpulkan bahwa bahan dasar alam semesta itu adalah air. Jawaban ini tidak memuaskan murid dan pemikir setelahnya. Anaximenes misalnya mengatakan bahwa bahan dasar yang membangun alam semesta itu adalah udara. Anaximandros mengatakan suatu prinsip yang tidak terbatas(to Apeiron). Penyelidikan para pendahulu filsafat ini lebih bersifat kosmologi-ontologis, belum epistemologis, artinya belum begitu serius. Baru setelah Aristoteles (1384-322 SM) membahas epistemologis mulai dipertanyakan.Arisoteles mengemukakan acuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu dengan menggunakan pengamat induktif dan metode deduktif.

Dari kedua metode yang nampak bertolak belakang itu, Aristoteles mengusulkan bahwa untuk mencapai pengetahuan yang solid, kedua metode tersebut mesti sama-sama digunakan, artinya apa yang kita pikirkan itu harus bias dibuktikan atau berhubungan dengan realitas dan kenyataan konkret.

Zaman semakin maju, revolusi terjadi dalam berbagai bidang, maka arah kajian filsafat sains berkembang ke zaman yang lebih baru dan lebih positive. Agar nampak tidak terlalu naïf, tampilah para tokoh filsafat sains yang menberikan landasan filsafat bahasa pada positivme hingga tampil menjadi logis gerakan ini muncul setelah didirikan kelompok kajian filsafat sains yang disebut dengan, lingkaran wina.aliranya disebut positivisme logis. Pada awal abad ke 20 inilah filsafat sains mencapai puncaknya.

HUBUNGAN FILSAFAT DAN SAINS

Pada akhirnya kita memang melihat adanya sebuah hubungan antara filsafat dengan sains. Mereka memiliki spirit dan tujuan yang sama yaitu jujur dan mencari kebenaran. Dalam pencarian kebenaran ini sais menentuka dalam dirinya sendiri tugas khas tertentu dan tugas ini memerlukan batas-batas tertentu. Tetapi penyelidikan ean pikiran manusia yang selalu inig tahu, melukai batas-batas ini dan menuntut perembesan terhedap wilayah yang berada di balik bidang sains, dengan demikian lalu filsafat muncul.

Henderso berpendapat tentang hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau sains, seprti di bawah ini:

A.SCIENCE
  1. Originally, the child of philosophy
  2.  Analitic, examines all phenomena minutely
  3.  Concerned with facts, with describing thing as they are
  4.  Begins with assumptions

B. PHILOSOPHY
  1. . Mother of knowledge
  2.  Synoptic, views the world and even the universe
  3. Concerned not only with things as they are but also with the way they ought to be human desires and human values
  4.  Examines and questions all assumptions
  5.  Uses all pertinent findings sciences
Apabila permasalahan diatas merupakan perumusan permasalahan yang tepat dan benar dan baik, maka mana yang lebih penting, induknya atau kan anaknya, yang dulu lebih penting dari yang kemudian, sebab lebih penting dari akibatnya, beberapa pertanyaan permasalahan yang tidak mudah di jawab, atau pertayaan yang dijawabnya masih sangat terbuka sekali, maka kita menjelaskan bahwa sesungguhnya kedudukan filsafat sains dalam sistematika filsafat lebih dekat kepada tema besar filsafat yang kedua yaitu epistemology. Bahka keduanya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan begitu saja. Hanyan saja untuk memudahkan pengindetifiksian, kajian epistemologi lebih dimaknai dan ditujukan sebagai pengkajian teoritis tentang pengetahuan sebelum pengetahuan itu sendiri berkembang sebagai sains pada abad ke-17 atau setidaknya kajian tersebut barada diluar sains, berdasarkan peredaan metode objek yang dikaji tentunya.

PERBANDINGAN ANTARA FILSAFAT DAN SAINS

Dalam hal ini tidak salah bahwa keduanya memiliki persamaan, dalam hal ini bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berfikir filosofi spekulatif dan berfikir empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama untuk aliran filsafat pendidikan tradisional, adalah bahwa filsafat menetukan tujuan dan science manentukan alat sarana untuk hidup.

Untuk lebih jelas dan untuk lebih mengetahui tentang perbandingan antara filsafat dan sains, maka di bawah ini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan antara keduanya, yaitu :

Persamaan :
  1. Keduanya mencari kerumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
  2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan sebab akibatnya.
  3. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
  4. Keduanya mempunyai metode dan system.
  5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektifitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar.

· Perbedaan :

obyek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak sedangkan kajian filsafat tidak terkokta-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat fregmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu ada itu secara luas, mendalam dan mendasar, sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik yang berarti bahwa cara-cara ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjol daya spekulasi,kritis,dan pengawasan,sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan tital dan error. oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis,sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
Filsafat menberikan penjelasan yang terakhir,mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dah lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.

Sekarang, filsafat sama denagn sains dalam menemukan pengetahuan yang seksama dan terorganisir dengan baik. Tapi filsafat tidak puas dengan definisi semacam ini. Filsafat mencari pengetahuan yang juga ‘konprehensif ‘. Pikiran manusia tidak puas semata-mata dengan menyusun rangkaian yang tetap tentang fenomena dan sekedar merumuskan cara-cara mereka bertingkah-laku. Pikiran manusia sangat membutuhkan beberapa penjelasan akhir berkenaan dengan berkenaan dengan berbagai fenomena dengan perilaku.

Objek filsafat adalah mengambil alih berbagai hasil sains, menambahkan kepada hasil-hasil sains yang diambil alih tersebut dengan berbagia hasil pengalaman etis dan religius umat manusia kemudian mereflesikannya secara keseluruhan. Definisi diatas menyakinkan proyek ambisius filsafat, harapannya adalah untuk mandapatkan pandangan yang ringkas tentang kerja sains khusus dn menemukan beberapa makna menyeluruh yang pada masa lalu telah menggiring para ilmuan atau pemikir kepada kritisme yang tidak menguntungkan filsafat.

Bagi akal manusia, perhatian utama mengenai kedua hal tersebut dan apapun objek lain yang menarik perhatian manusia adalah pokok pembahasan yang mesti masuk akal bagi penyelidikan ilmiah sehingga logis juga dalam menetapkan metode iliah yang di pergunakannya. Sikap kritis hanya dapat tumbuh dari kesalah pengguna metode dalam cara kerja atau dari keputusasaan yang dinyatakan dengan perbuatan.


SEBAB-MUSABAB

Tidak ada suatu kejadian atau peristiwa tanpa adanya sebab (nothing happens without a cause) dan sebab tersebut mencukupi. Saat ini, seluruhnya merupakan produk atau hasil dari masa lalu dan masa depan mungkin terjadi karena hasil dari zaman sekarang. Fenomena apapun menghadirkan dirinya sendiri atas pandangan kita dan kita dengan penuh keyakinan bias menemukan sebuah sebab.

Dari penjelasan diatas, kemudian kita menduga bahwa penyebaban dalam arti umum adalah hanya seperti sebuah perkara tentang kekuasaan atau pelaksanaan (enforcement). Penjelasan ini disebut dengan penjelasan penyebaban animistis atau antropomorfis. Maksudnya penjelasan ini menerangkan berbagai hal dialam semesta dengan bersandar pada perasaan dan pengalaman kita.

1. Sebab pertama

Karena sains memberikan cukup banyak pengertian dalam kepercayaan bahwa semua peristiwa memiliki sebab dan menemukan bahwa asumsi atau pengandaian sepenuhnya dinilai oleh hasilnya, maka para mahasiswa filsafat akan bersikeras menyelidiki tentang sebab pertama (first cause).

2. Sebab final

Kata final (akhir) disini tidak merujuk pada adanya sebab pertama atau sebab sebelumnya (yang baru lalu) tetapi mengacu kepada maksud atau tujuan pada suatu tindakan yang dalam bahasa latin disebut finis.

Sains tidak berhubungan dengan sebab final tetapi bagaimanapun juga mahasiswa berfikir dan ingin tahu apakah benda-benda yang berada dialam dalam beberapa cara tidak ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai.


BAB III

KESIMPULAN


Sistematika filsafat membicarakan masalah sains atau pengetahuan tentang pa yang telah diketahui dan sejauh mana kebenaran pengetahuan yang dimaksudkan. Hakikat tahu,mengetahui, dan pengetahuan dengan segala kaitannya meliputi hal-hal yang dimaksud dengan ‘tahu’ atau mengetahui suatu hal. Kemudian, setiap tahu danmengetahui akan melibatkan suatu gagasan dalam pikiran dan pengalaman indrawi, sehingga pengetahuan itu mengandung kriteria kebenaran filosofis.

Dalam hal ini tidak salah bahwa keduanya memiliki persamaan, dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berpikir filosofis spekulatif danberpikir empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama untuk aliran filsafat pendidikan tradisional adalah bahwa filsafat menentukan tujuan dan sains menentukan alat sarana untuk hidup.


DAFTAR PUSTAKA

  • Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
  • Irawan, 2007. Tokoh-Tokoh Filsafat Sains dari masa ke masa. Bandung ; Intelekia Pratama.
  • Irawan, 2008. Pengantar Singkat Ilmu Filsafat. Bandung; Intelekia pratama.
  • Saebani, Beni Ahmad, 2009. filsafat Ilmu, Kontemplasi filosofis tentang seluk beluk sumber dan tujuan ilmu pengetahuan. Bandung; CV. Pustaka Setia.
  • Saipullah, Ali. Antara filsafat dan Pendidikan. Surabaya; Usaha nasional.

Label dari

Sajak Tangan Dari Pujangga Besar Indonesia

SAJAK TANGAN
Oleh :
W.S. Rendra
Inilah tangan seorang mahasiswa,
tingkat sarjana muda.
Tanganku. Astaga.
Tanganku menggapai,
yang terpegang anderox hostes berumbai,
Aku bego. Tanganku lunglai.

Tanganku mengetuk pintu,
tak ada jawaban.
Aku tendang pintu,
pintu terbuka.
Di balik pintu ada lagi pintu.
Dan selalu :
ada tulisan jam bicara
yang singkat batasnya.

Aku masukkan tangan-tanganku ke celana
dan aku keluar mengembara.
Aku ditelan Indonesia Raya.

Tangan di dalam kehidupan
muncul di depanku.
Tanganku aku sodorkan.
Nampak asing di antara tangan beribu.
Aku bimbang akan masa depanku.

Tangan petani yang berlumpur,
tangan nelayan yang bergaram,
aku jabat dalam tanganku.
Tangan mereka penuh pergulatan
Tangan-tangan yang menghasilkan.
Tanganku yang gamang
tidak memecahkan persoalan.

Tangan cukong,
tangan pejabat,
gemuk, luwes, dan sangat kuat.
Tanganku yang gamang dicurigai,
disikat.

Tanganku mengepal.
Ketika terbuka menjadi cakar.
Aku meraih ke arah delapan penjuru.
Di setiap meja kantor
bercokol tentara atau orang tua.
Di desa-desa
para petani hanya buruh tuan tanah.
Di pantai-pantai
para nelayan tidak punya kapal.
Perdagangan berjalan tanpa swadaya.
Politik hanya mengabdi pada cuaca…..
Tanganku mengepal.
Tetapi tembok batu didepanku.
Hidupku tanpa masa depan.

Kini aku kantongi tanganku.
Aku berjalan mengembara.
Aku akan menulis kata-kata kotor
di meja rektor


TIM, 3 Juli 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi


Dampak Positif TIK di bidang Pendidikan Indonesia

Dampak Positif Teknologi Informasi dan Komunikasi di bidang pendidikan
  1. Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan.
  2. Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan.
  3. Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan.
  4. Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena penerapan sistem TIK.

    Transformasi informasi ini memiliki banyak manfaat positif, namun sayangnya juga membawa berbagai dampak negatif diantaranya:

    1. Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.
    2. Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah system tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal.
    3. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).

    Menurut pendapat para pakar informasi, dampak negative dari berbagai fasilitas komunikasi, termasuk internet, sama sekali tidak dapat dipandang sebelah mata, karena dampak negatif tersebut sangat mempengaruhi aktivitas penggunanya. Berikut ini contoh kejahatan maupun tindakan amoral yang paling banyak ditemui sebagai dampak negatif TIK, diantaranya: Pornografi, Tayangan berupa kekejaman dan kesadisan, Penipuan, Carding, Perjudian dan Ketergantungan.

    Dampak negatif TIK diatas dapat dicegah dengan cara-cara berikut:

    1. Menegakkan fungsi hukum yang berlaku, misalnya pembentukan chiber task yang bertugas untuk menentukan standar operasi pengendalian dalam penerapan teknologi informasi di instansi pemerintah. Hal ini meliputi keamanan teknologi, system rekap data, serta fungsi pusat penanganan bencana.
    2. Menghindari penggunaan telepon seluler berfitur canggih oleh anak-anak dibawah umur dan lebih mengawasi pemakaian ponsel.
    3. Televisi:
    1. Mewaspadai muatan pornografi, kekerasan, dan tayangan mistis.
    2. Memperhatikan batasan umur penonton pada film yang tengah ditayangkan.
    3. Mengaktifkan penggunaan fasilitas Parental Lock pada TV kabel dan satelit.
    4. Menghindari penempatan TV pribadi di dalam kamar.
    4. Komputer dan internet:
    1. Mewaspadai muatan pornografi digital (online maupun offline).
    2. Mewaspadai kekerasan pada game.
    3. Cek history browser pada computer anak untuk melihat apa saja yang sudah dilihatnya.
    4. Menggunakan program filtering dan Parental Control.
    5. Meletakkan computer pada tempat yang dapat diawasi, hindari penempatan computer di dalam kamar.
    6. Jika terpaksa meletakkan computer dalam kamar anak, jangan melengkapinya dengan fasilitas internet.
    5. Perbanyak buku yang bersifat edukatif di rumah.
    Disamping Teknologi informasi memiliki manfaat yang sangat banyak. Tapi, selain itu masih banyak kendala dalam penerapan aplikasi teknologi informasi itu sendiri. Diantaranya :
    1. Kurangnya ketersediaan sumber daya manusia
    2. Kurang siapnya proses transformasi teknologi
    3. Belum memadainya infrastruktur telekomunikasi
    4. Belum memadainya perangkat hukum yang mengaturnya
    5. Memerlukan biaya yang cukup tinggi
    6. Belum meratanya jaringan di seluruh Indonesia

    Label dari

    Makalah Penilaian Buku Ajar

    Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran. Posisinya adalah sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di dalam bahan ajar.

          Pada sisi lain, bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh karena itu, guru harus memilih buku yang sesuai dengan bahan  ajar yang akan di sampaikan.

          Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik. Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi. Peserta yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar. Peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang. Dengan demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan bahan ajar.
          Oleh sebab itu, guru harus bisa memilih buku ajar yang sesuai untuk bahan ajarnya. Pada era globalisasi dan demokrasi, setiap orang berhak untuk menulis buku pelajaran, dengan syarat buku tersebut harus memenuhi beberapa kriteria dalam penyusunan buku ajar.
          Untuk mengetahui bagaimana suatu buku itu layak di gunakan untuk bahan ajar, maka dengan itu kami akan menyusun makalah tentang penilaian buku pelajaran “bahasa arab”.

      Rumusan Masalah
       Masalah yang akan kami angkat dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
    1. Apa kriteria penyusunan buku ajar mata pelajaran Bahasa Arab ?
    2. Instrumen apa saja yang dijadikan untuk penilaian buku ajar mata pelajaran Bahasa Arab?
      Tujuan Penyusunan Materi
       Adapun tujuan pembahasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
    1. Mengetahui kriteria penyusunan buku ajar mata pelajaran Bahasa Arab
    2. Mengetahui instrumen penilaian buku ajar mata pelajaran Bahasa Arab
    BAB II
    PEMBAHASAN
      KRITERIA PENYUSUNAN BUKU AJAR
          Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dijelaskan bahwa buku (teks) pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
          Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa buku pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional), berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku pelajaran merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasa dilengkapi sarana pembelajaran (seperti pita rekaman), dan digunakan sebagai penunjang program pembelajaran.
          Kedudukan buku teks pelajaran sangatlah penting, baik bagi siswa maupun guru. Karena tingkat kepentingan itulah buku teks pelajaran haruslah layak untuk dijadikan tempat beroleh pengalaman.
          Buku teks pelajaran dapat dipandang sebagai simpanan pengetahuan tentang berbagai segi kehidupan (Pusat Perbukuan, 2005). Karena sudah dipersiapkan dari segi kelengkapan dan penyajiannya, buku teks pelajaran itu memberikan fasilitas bagi kegiatan belajar mandiri, baik tentang substansinya maupun tentang caranya. Dengan demikian, penggunaan buku teks pelajaran oleh siswa merupakan bagian dari budaya buku, yang menjadi salah satu tanda dari masyarakat yang maju.
          Badan standar nasional pendidikan (BSNP) mengeluarkan suatu pedoman penulisan buku teks yang di dalamnya menjelaskan tentang prinsip-prinsip penulisan buku. Ada tujuh prinsip yang di kemukakan BSNP yang di anggap ideal dalam penyusunan buku teks, yaitu sebagai berikut:
      Kebermaknaan
      Prinsip ini menekankan pada ide, pikiran, gagasan dan informasi kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan
      Keotentikan
      Prinsip ini menekankan kepada pemilihan dan pengembangan materi pelatihan berbahasa, yaitu:
      Berupa pelajaran atau wacana tulis atau lisan
      Banyak memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan kemahiran fungsi kebahasaannya
      Menekankan fungsi komunikatif bahasa, yakni menekankan proses belajar-mengajar
      Memenuhi kebutuhan berbahasa siswa
      Berisi petunjuk, pelatihan, dan tugas-tugas dengan memanfaatkan media cetak atau elektronik seoptimal-optimalnya
      Didasarkan hasil analisis kebutuhan berbahasa siswa
      Mengandung pemakaian unsur bahasa yang bersifat selektif dan fungsional, dan
      Mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal
      Keterpaduan
      Penataan bahasa dan sastra dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
      Mempertahankan keutuhan bahan
      Menuntut siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya secara bertahap, dan
      Secara fungsional, yakni bagian yang satu bergantung kepada bagian yang lain dalam jalinan yang padu dan harmonis menuju kebermaknaan yang maksimal
      Keberfungsian
      Keberfungsian ada pada pemilihan metode dan teknik pembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bagian ini adalah
        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamil bagian dalam peristiwa berbahasa yang seluas-luasnya
        Memberikan kepada siswa informasi, praktik, latihan, dan pengalaman berbahasa yang sesuai dengan kebutuhan berbahasa siswa
        Mengarahkan kepada siswa penggunaan bahasa bukan penguasaan pengetahuan bahasa
        Memungkinkan untuk memanfaatkan berbagai ragam bahasa dalam tindak/peristiwa bahasa yabg terjadi
        Di arahkan untukmengembangkan kemahiran berbahasa, dan
        Mendorong kemampuan berfikir/bernalar dan kreativitas siswa
      Performansi komunikatif
      Pengalaman belajar adalah segala sesuatu yang memungkinakan terjadinya peristiwa belajar. Hal ini dapat berupa kegiatan berbahasa, mengamati, berlatih atau bahkan merenung. Aspek "Software Akuntansi Laporan Keuangan Terbaik" yang perlu di perhatikan dalam pemilihan pengalaman belajar ialah mendukung terbentuknya performansi komunikatif siswa yang andal sesuai bahan pelajaran, bermakna bagi perkembangan potensi dan kemahiran berbahasa siswa, sesuai dengan tuntutan didaktik metodik yang mutakhir, disajikan secara keberlanjutan dan berkaitan dengan pengalaman-pengalaman belajar berbahasa yang lain secara terpadu.
      Kebertautan
      Agar diperoleh hasil yang optimal, pembelajaran bahasa dengan menggunakan pendekatan komunikatif menurut penggunaan media dan sumber belajar. Usahakan penggunaan media dan sumber belajar yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk belajar berbahasa (reseptif maupun produktif, lisan maupun tulis) berupa fakta berbahasa (rekaman peristiwa berbahasa) atau peristiwa aktual. Bahan tersebut bisa dicari oleh siswa atau di adakan oleh guru sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan berbahasa siswa, naik di dalam maupun dluar kelas, materi berbahasa yang disajikan berguna atau dapat dimanfaatkan setiap saat di sekitarnya sesuai dengan tuntutan kegiatan berbahasa yang mungkin dihadapi di masyarakat, bervariasi dan menantang, bermakna bagi pengembangan performansi komunikatif siswa secara optimal.
      Penilaian
      Pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif menuntut penggunaan penilaian yang dapat mengukur secara langsung kemahiran berbahasa siswa secara menyeluruh dan terpadu. Penilaiannya juga yang dapat mendorong siswa agar aktif berlatih berbahasa secara tulis/lisan, secara produktif maupun reseptif, yang menghasilkan wacana tulis/lisan.   
      INSTRUMEN PENILAIAN BUKU AJAR
       Buku pelajaran merupakan buku teks yang digunakan siswa di Sekolah sebagai buku penunjang kegiatan pembelajaran. Buku pelajaran pada prosesnya memiliki peranan yang sangat penting bagi siswa karena buku pelajaran merupakan pegangan dan berlatih terhadap sebuah mata pelajaran.
       Saat ini banyak sekali penerbit buku yang menerbitkan buku pelajaran. Hal ini dapat dipahami karena penerbitan buku pelajaran memiliki sebuah kepastian konsumen yaitu para siswa. Karena banyaknya terbitan buku teks pelajaran yang ada, maka sebelum menentukan buku mana yang akan dipakai terlebih dahulu kita menilai kualitas buku yang ada.
       Ada beberapa faktor yang dapat kita jadikan bahan penilaian terhadap sebuah buku pelajaran. Kelayakan isi dan kelayakan penyajian merupakan hal yang perlu diperhatikan dari buku teks yang akan dipilih karena kedua hal tersebut menentukan kualitas dan kesesuaianya diterapkan pada siswa.
      Kelayakan Isi
       Kelayakan isi menyangkut materi apa yang disajikan dalam buku pelajaran. Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi agar buku teks dapat dikatakan memiliki isi yang layak untuk dipakai. Kelayakan isi terlihat dari kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD, keakuratan materi, dan materi pendukung.
      Kesesuaian Uraian Materi dengan SK dan KD
         Materi yang termuat dalam buku teks harus jelas dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh BSNP dalam standar isi. Kesesuain materi ini meliputi kelengkapan materi dan kedalaman materi yang disajikan.
        Kelengkapan Materi
         Materi yang disajikan mencakup semua materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)  tanpa menyebutkan SK dan KD secara eksplisit.
        Wacana
           Wacana dapat berupa 1) percakapan, 2) karangan atau laporan utuh: cerpen, novel, buku, artikel, pidato, khotbah; atau puisi merupakan materi utama yang harus ada dalam buku teks pelajaran Bahasa Arab. Wacana biasanya mengawali uraian materi setiap bab. Berdasarkan pada wacana itulah uraian materi, pemahaman wacana, fakta kebahasaan/kesastraan, dan implikasi wacana, dibahas. Wacana yang disajikan mencakup ruang lingkup yang ada dalam standar isi berupa empat aspek keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) mulai dari pengenalan konsep sesuai dengan tuntutan yang ada di Standar Komptensi maupun Kompetensi Dasar pelajaran Bahasa Arab MTs.
        Pemahaman wacana
          Pemahaman wacana merupakan tahapan lanjut setelah membaca dan menyimak wacana. Pemahaman wacana berisi perintah, tugas. atau pelatihan yang mengarahkan peserta didik untuk memahami isi/pesan wacana
        Fakta kebahasaan / kesastraan
          Uraian materi berisi fakta kebahasaan: kalimat, kosa kata, istilah, ungkapan, peribahasa, atau kesastraan sesuai tuntutan SK dan KD
        Implikasi wacana
          Implikasi wacana merupakan unsur di luar wacana, bisa berupa analogi, perbandingan, kesejajaran wacana yang mampu memperkuat penyampaian materi sesuai dengan tuntutan SK dan KD. Implikasi wacana berisi konsep dasar keluasan materi melalui pelatihan, tugas, dan kegiatan mandiri sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik mampu menggali dan memanfaatkan informasi, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan dalam kerja ilmiah
        Kedalaman materi
         Materi memberikan ketuntasan belajar sesuai dengan tingkat pendidikan dan sesuai dengan SK dan KD. Tingkat kesulitan konsep sesuai dengan perkembangan peserta didik dan tidak ada tumpang tindih antarkelas, maupun antarjenjang pendidikan
        Kesuaian wacana
        Mengacu pada ruang lingkup yang ada dalam pada standar isi (empat aspek keterampilan berbahasa). Empat aspek keterampilan bahasa dimaksudkan meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Wujud uraian, mulai pengenalan konsep sampai dengan interaksi antarkonsep, dan memperhatikan tuntutan SK dan KD. Tingkat kesulitan disesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik yang lebih menekankan pada “concrete-operational” dan “system of operations” .
        Kuantitas wacana
             Ditunjukkan oleh jumlah minimal yang sesuai dengan tuntutan SK dan KD. Untuk mencapai kedalaman materi, maka kuantitas wacana ditentukan oleh pengembangan atau penambahan dengan jenis wacana lain yang dapat berfungsi sebagai pembanding, penjelas, analogi, atau kebutuhan lain yang sejalan dengan tuntutan materi. Dengan demikian materi yang disajikan memuat sumber-sumber tambahan itu mencerminkan kontinuitas, dengan kedalaman spiralitas mengembangan materi. Materi yang ditampilkan menjadi lebih menarik dan inovatif, serta memotivasi peserta didik senang belajar
        Kualitas wacana
             Mencerminkan kedalaman materi yang ditentukan oleh keaktualan, kemutakhiran, kefaktualan, dan kevariasian topik. Kualitas wacana mencerminkan kedalaman isi/pesan dengan spiralitas pengembangan materi pelajaran bahasa.
      Keakuratan Materi
        Setelah materi memiliki kesesuaian dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan pemilihan materi yang digunakan juga harus akurat. Jangan sampai ketika membahas kompetensi dasar tertentu materi yang disajikan kurang relevan terhadap pencapaian kompetensi dasar. Keakuratan materi dalam buku teks bahasa Indonesia tercermin dari hal-hal berikut, yaitu:
      Keakuratan dalam pemilihan wacana
      Wacana yang disajikan berdasarkan kenyataan yang ada (faktual) serta sedang hangat dibicarakan (aktual) dengan menyebutkan sumber yang jelas sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik.
      Keakuratan dalam konsep dan teori
      Konsep dan teori yang disajikan untuk mencapai KD sesuai dengan definisi sesuai dengan bidnag keilmuan (linguistik tidak menimbulkan banyak tafsir dan ilmu sastra, digunakan secara tepat sesuai dengan fenomena yang dibahas dan tidak menimbulkan banyak tafsir).
      Keakuratan dalam pemilihan contoh
      Uraian dan contoh menanamkan keruntutan konsep: yang mudah, sukar, konkret, abstrak, yang sederhana, kompleks yang telah dikenal dan yang belum dikenal. Contoh yang disajikan mengandung keunggulan nilai-nilai moral seperti keteladanan, kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan, kerja sama, dan toleransi.
      Keakuratan dalam pelatihan
      Pelatihan yang disajikan diawali dari konsep yang sederhana berkembang ke yang kompleks; konkret ke abstrak, mudah ke sulit, lingkungan dekat ke yang jauh secara bertahap dan berkesinambungan (continuity) sesuai dengan prinsip proses belajar. 
      Materi Pendukung Pembelajaran
       Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi pendukung dalam buku teks yaitu:
        Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
        Materi yang disajikan dalam buku up to date, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang relevan dengan tingkat kognisi peserta didik
        Kesesuaian fitur, contoh, dan rujukan
        Wacana dan pengembangannya memperlihatkan fitur, gambar, contoh, atau ilustrasi yang mencerminkan peristiwa atau kejadian nyata, diutamakanan yang mutakhir (up to date) yang dapat dilihat dan dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.  
      Kelayakan Penyajian
      Teknik Penyajian
      Penyajian merupakan bagaimana sesuatu itu dikemas. Sesuatu walaupun berniali bagus jika dikemas dengan tidak baik, tidak teratur, tidak runtut secara konsep tentu akan membuat yang bagus itu menjadi tidak menarik. Bahkan dalam kaitannya dengan buku teks penyajian isi atau materi buku memiliki peranan yang sangat penting karena berhubungan dengan konsep berpikir siswa. Teknik penyajian sebuah buku teks setidaknya memiliki pedoman sebagai berikut:
        Kekonsistenan Sistematika Penyajian
        Sistematika penyajian disampaikan secara jelas, fokus, dan taat asas dalam setiap bab,
        yakni ada bagian pendahuluan (berisi tujuan penulisan buku teks pelajaran, sistematika buku, cara belajar yang harus diikuti, serta hal-hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik), bagian isi (uraian, wacana, pelatihan, ilustrasi, gambar, dan pendukung lain), serta bagian penutup (rangkuman, ringkasan), serta relevan dengan pokok bahasan sehingga mampu membangkitkan rasa senang siswa dalam belajar.
        Keruntutan konsep
        Uraian, latihan, contoh dalam hal materi kebahasaan dan kesastraan yang disajikan ada hubungan satu dengan yang lain sehingga peserta didik mampu mengaplikasikan konsep-konsep dasar keilmuan secara terintegrasi dan holistik sesuai tuntutan KD.
        Keseimbangan antar bab
        Uraian substansi antarbab (tecermin dalam jumlah halaman), proporsional dengan mempertimbangkan KD yang didukung dengan beberapa pelatihan, contoh, ilustrasi, atau gambar secara seimbang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pokok bahasan.
      Penyajian Pembelajaran
      Selain penyajian atau urutan penulisan dalam buku, penyajian juga berhubungan dengan penyajian pembelajaran. buku teks bukan hanya sekadar menyajikan materi yang dikumpulkan melainkan juga menyajikan bagaimana materi tersebut dipelajari siswa. Bagaimana siswa hendaknya bersikap ketika mengikuti pembelajaran juga harus termuat dalam buku teks pelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian pembelajara dalam buku teks antara lian:
        Keterpusatan pada peserta didik
        Sajian materi menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran sehingga uraian dalam buku perlu didukung oleh kegiatan yang mampu membentuk kemandirian belajar peserta didik, misalnya dengan tugas-tugas mandiri. Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan emosional dalam pencapaian SK dan KD sehingga antarpeserta didik termotivasi untuk belajar secara komprehensif tentang berbagai persoalan kebahasaan dan kesastraan.
        Keterangsangan metakognisi peserta didik
        Sajian materi dapat mengembangkan motivasi belajar peserta didik dan merangsang peserta didik untuk berpikir kreatif tentang apa, mengapa, dan bagaimana mempelajari materi pelajaran dengan rasa senang.
        Kerangsangan daya imajinasi dan kreasi berpikir peserta didik Penyajian materi dapat merangsang daya imajinasi dan kreasi berpikir peserta didik melalui ilustrasi, analisis kasus, dan latihan.
        Bagian Pendahuluan
        Pendahuluan berisi pengantar materi setiap bab. Biasanya pendahuluan memuat tujuan yang hendak dicapai melalui sajian bab, materi, dan pelatihan yang akan dibahas pada bab tersebut.
        Bagian isi
        Bagian isi adalah bagian yang memuat keseluruhan materi yang memuat SK dan KD. Perincian yang paling lengkap ada pada bagian isi mulai dari bab, subbab sampai subbab-subbab dengan pengembangannya., serta rangkuman setiap bab
        Bagian Penutup
        Bagian penutup berisi rujukan, daftar pustaka, indeks, glosarium, dan evaluasi.
      Pendukung Penyajian
        Pengantar
        Uraian pada awal buku berisi tujuan penulisan, cara belajar yang harus diikuti, mengantarkan peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang akan dipaparkan, sehingga dapat menarik peserta didik untuk belajar lebih jauh tentang isi buku.
        Pendahuluan
        Ada uraian singkat yang mendeskripsikan isi bab sesuai dengan SK dan KD (biasanya ditampilkan dalam kotak) tanpa mengeksplisitkan judul pendahuluan.
        Daftar transliterasi Arab - Latin
        Ada daftar transliterasi Arab - Latin yang bersumber pada acuan ilmiah tertentu, dan dipakai secara konsisten, misalnya huruf ب  /ba'/ ditransliterasikan /b/, ت /ta'/ ditransliterasikan /t/, ط /to'/ ditransliterasikan /th/, dst.
        Glosarium
        Ada glosarium yang berisi daftar istilah Arab maupun istilah umum penting dalam teks dengan penjelasan arti istilah tersebut, dan disusun secara alfabetis.
        Indeks
        Indeks merupakan daftar kata penting yang diikuti dengan nomor halaman pemunculannya.
        Daftar pustaka
        Daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan buku tersebut disusun menurut aturan yang baku, misalnya diawali dengan nama pengarang (yang disusun secara alfabetis), tahun terbitan, judul buku / majalah / makalah / artikel, tempat, dan nama penerbit, nama dan lokasi situs internet serta tanggal akses situs (jika memakai acuan yang memiliki situs). Pustaka berbahasa Arab disajikan dan dikelompokkan secara terpisah dengan tulisan atau font Arab.  
          Point-point di atas merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menilai sebuah buku teks sebelum merekomendasikannya kepada siswa. Jika dapat menilai dengan baik dan objektif tentunya buku yang akan diperolah adalah buku yang memang terbaik dan cocok untuk diterapkan kepada siswa.
          Buku yang baik akan mempercepat siswa memahami atau mendapat ilmu. Dan ilmu yang baik adalah ilmu yang dapat dimanfaatkan. Jadi menyeleksi adalah pekerjaan yang mendatangkan manfaat.

      LEMBAR KERJA CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN
      Contoh lembar kerja cakupan materi buku teks pelajaran bahasa arab kelas VIII MTs

    STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR HALAMAN DALAM BUKU KESESUAIAM URAIAN MATERI DENGAN SK KD
    Kelengkapan Keluasan Kedalaman
    Tidak Ada Tidak sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai
    MENYIMAK/ISTIMA' ( Memahami wacana lisan  melalui kegiatan mendengarkan (berbentuk gagasan atau dialog sederhana) tentang  الســاعة)
      Mengidentifikasi bunyi huruf hija-iyah dan ujaran (kata, frasa, atau kalimat) dalam suatu konteks wacana lisan tentang “as-sa'ah”  dengan cara mencocokkan dan  membedakan secara tepat
      Menemu-kan infor-masi umum dan  atau rinci dari berbagai bentuk wacana lisan sederhana tentang c yang meliputi bilangan bertingkat.
      Memberikan tanggapan/ respons pada ide/gagasan yang terdapat pada wacana lisan atau dialog sederhana tentang الســاعة yang meliputi bilangan bertingkat
    BERBICARA/KALAM (Mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman  serta informasi melalui kegiatan bercerita serta  bertanya jawab tentang الســاعة
      Menyampai-kan informasi secara lisan dengan lafal dan kalimat  yang tepat me-lalui kegiatan bercerita tentang الســاعة dengan meng-guna-kan media gambar/ alat peraga  dan menerap-kan kalimat meliputi: kata bilangan bertingkat
    Melakukan tanya jawab dengan lancar dan tepat tentang الســاعة dengan mengguna-kan alat peraga dan struktur kalimat yang meliputi kata bilangan bertingkat
    BERBICARA/KALAM (Mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman  serta informasi melalui kegiatan bercerita dan bertanya jawab tentang أنشطتي في المدرسة)
      Menyampaikan informasi secara lisan tentang  أنشطتي في المدرسة dengan lafal yang tepat dan benar dengan menggunakan kalimat berstruktur:   mubtada+khabar+maf'ul bih (jumlah ismiyyah)
      Melakukan dialog seder-hana tentang أنشطتي في المدرسة dengan tepat   dengan meng-gunakan kalimat berstruktur: mubtada+khabar+maf'ul bih (jumlah ismiyyah)
      Menjelaskan  tentang أنشطتي في المدرسة melalui  ke-giatan berce-rita dengan dan benar dengan menerapkan kalimat berstruktur: mubtada+khabar+maf-'ul bih (jumlah ismiyyah)
    MEMBACA/QIRA'AH(Memahami berbagai  ragam teks tulis  dalam bentuk gagasan atau dialog sederhana, baik fiksi dan atau non fiksi melalui kegiatan membaca,  menganalisis dan  menemukan pokok pikiran tentang أنشطتي في المدرسة)
      Membaca nyaring, melafalkan huruf hijaiyyah, kata, frase, kalimat dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima tentang أنشطتي في المدرسة dengan menggunakan kalimat berstruktur: jumlah fi'liyyah 
      Mengidentifikasi kata, frasa, atau kalimat dalam wacana tertulis tentang kegiatan di rumah dengan menggunakan kalimat berstruktur jumlah fi'liyyah
      Menemu-kan infor-masi umum dan atau rinci dari wacana tulis sederhana  tentang أنشطتي في المدرسة dengan menerapkan kalimat berstruktur: jumlah fi'liyyah
    KITABAH/MENULIS (Mengungkapkan pikiran, gagasan,  perasaan, pengalaman dan  informasi baik fiksi dan atau non fiksi melalui kegiatan meringkas dan menulis tentang البيت فى أنشطتى
      Menulis para-graf sederha-na tentang البيت فى أنشطتى dengan menggunakan struktur kalimat terdiri: mubtada+khobar+maf'ul bih (jumlah ismiyyah)
      Menulis kegiatan siswa di madrasah dengan menggunakan struktur kalimat terdiri: mubtada+khobar+maf'ul bih (jumlah ismiyyah)
    BERBICARA/ KALAM (Mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman  serta informasi melalui kegiatan bercerita dan bertanya jawab tentang البيت فى أنشطتى
      Menyam-paikan informasi secara lisan dengan lafal dan kalimat  yang tepat  tentang البيت فى أنشطتى dengan menggunakan media gambar/alat peraga  dan menerapkan  struktur kalimat meliputi: jumlah fi'liyyah
      Berbicara tentang البيت فى أنشطتى dengan tepat dan benar menggunakan kalimat berstruktur jumlah fi'liyyah
      Bercerita dengan menggunakan media gambar aktivitas di rumah  dengan  tepat dan benar  menggunakan kalimat berstruktur jumlah fi'liyyah
    MEMBACA/QIRA'AH Memahami berbagai  ragam teks tulis  dalam bentuk gagasan atau dialog sederhana, baik fiksi dan atau non fiksi melalui kegiatan membaca,  menganalisis dan menemukan pokok pikiran tentang البيت فى أنشطتى
      Membaca nyaring, melafalkan huruf hijaiyyah, kata, frase, kalimat dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima tentang البيت فى أنشطتى dengan menggunakan kalimat berstruktur: jumlah fi'liyyah 
      Mengidentifikasi kata, frasa, atau kalimat dalam wacana tertulis tentang kegiatan di rumah dengan menggunakan kalimat berstruktur jumlah fi'liyyah
      Menemukan informasi umum dan atau rinci dari wacana tulis sederhana  tentang البيت فى أنشطتى dengan menerapkan kalimat berstruktur: jumlah fi'liyyah
    KITABAH/MENULIS   Mengungkapkan pikiran, gagasan,  perasaan, pengalaman dan  informasi  baik fiksi dan atau non fiksi melalui kegiatan meringkas dan menulis tentang   البيت فى أنشطتى
      Menulis jadwal kegiatan harian di rumah dengan menggunakan struktur kalimat terdiri: jumlah fi'liyyah
      Menulis paragraf sederhana tentang kegiatan sehari-hari di rumah dengan menggunakan kalimat berstruktur jumlah fi'liyyah





    INSTRUMEN PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ARAB
      KELAYAKAN ISI

    SUB KOMPONEN BUTIR SKOR ALASAN PENILAIAN
    A. KESESUAIAN URAIAN MATERI DENGAN SK DAN KD 1. Kelengkapan materi 1 2 3 4
    2. Keluasan materi
    3. Kedalaman materi
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN
    B. KEAKURATAN MATERI 1. Keakuratan gramatika
    2. Keakuratan istilah
    3. keakuratan gambar dan ilustrasi
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN
    C. KEMUTAKHIRAN MATERI 1. Kesesuaian materi dengan perkembangan
    bahasa Arab
    2. Contoh dan kasus akurat
    5. Kemutakhiran pustaka
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN
    D. KESESUAIAN BUDAYA 1. Cakupan tema
    2. wawasan kebangsaan
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN
    E. RANGKUMAN DAN EVALUASI 1. latihan penguatan
    2. evaluasi kemampuan
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN
    F. PENGAYAAN 1. Materi pengayaan kosakata (mufrada:t)
    2. Materi pengayaan gramatika (qawa:id)
    3. Materi pengayaan keterampilan
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN


    2. KELAYAKAN PENYAJIAN

    SUB KOMPONEN BUTIR SKOR ALASAN PENILAIAN
    1 2 3 4
    A. Teknik penyajian 1. Konsistensi sistematika penyajian
    2. Keruntutan sajian
    3. keseimbangan sajian materi (substansi) antar ban dan antar subbab
    4. sistematika dalam bab
    5. ragam latihan
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN
    B. PENDUKUNG PENYAJIAN 1. pengantar
    2. pendahuluan
    3. Daftar transliterasi Arab - latin
    4. glosarium
    5. indeks
    6. daftar pustaka
    7. materi audio
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN
    C. STRATEGI PENYAJIAN 1. interaktif-partisipatif
    2. Mendorong keterlibatan peserta didik untuk belajar mandiri dan kelompok yang interaktif dengan sumber belajar
    3. Mendorong berfikir kritis, kreatif, dan inovatif
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN
    D. KOHERENSI DAN
    KERUNTUTAN
    ALUR PIKIR
    1. Ketertautan antarbab, subbab, dan alinea
    2. Keutuhan dan keterpaduan makna dalam bab subbab, alinea.
    RANGKUMAN DAN SARAN PERBAIKAN



    BAB III
    SIMPULAN
      KRITERIA PENYUSUNAN BUKU AJAR
          Badan standar nasional pendidikan (BSNP) mengeluarkan suatu pedoman penulisan buku teks yang di dalamnya menjelaskan tentang prinsip-prinsip penulisan buku. Ada tujuh prinsip yang di kemukakan BSNP yang di anggap ideal dalam penyusunan buku teks, yaitu sebagai berikut:
      Kebermaknaan
    1. Keotentikan
    2. Keterpaduan
    3. Keberfungsian
    4. Performansi komunikatif
    5. Kebertautan
    6. Penilaian
      INSTRUMEN PENILAIAN BUKU AJAR
       Ada beberapa faktor yang dapat kita jadikan bahan penilaian terhadap sebuah buku pelajaran. Kelayakan isi dan kelayakan penyajian merupakan hal yang perlu diperhatikan dari buku teks yang akan dipilih karena kedua hal tersebut menentukan kualitas dan kesesuaianya
    diterapkan pada siswa.
    1. Kelayakan Isi
    2. Kesesuaian Uraian Materi dengan SK dan KD
    3. Kelengkapan Materi
    4. Kedalaman materi
    5. Keakuratan Materi
    6. Materi Pendukung Pembelajaran
    7. Kelayakan Penyajian
    8. Teknik Penyajian
    9. Penyajian Pembelajaran
    10. Pendukung Penyajian
    DAFTAR PUSTAKA
      Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Instrumen Penilaian Buku Teks.
      http://ramlannarie.wordpress.com/2011/10/22/penilaian-buku-teks-pelajaran-bahasa-indonesia-smp/
      Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Kurikulum dalam Konteks Standar Nasional Pendidikan.
      Pusat Perbukuan. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
      Peraturan Mentri Agama Republik Indonesia (Permenag) No.2 tahun 2008 tentang SKL dan SI pendidikan agama islam dan bahasa arab di madrasah Info : 

    Label dari